Kabar Baik dari Paman Sam, Harga Minyak kok Cuma Naik Tipis?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 July 2020 10:38
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah naik setelah stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) dikabarkan mengalami penurunan. Kini pelaku pasar kembali menyorot organisasi negara eksportir minyak dan aliansinya (OPEC+) terkait kebijakan pemangkasan output bulan Agustus serta perkembangan pandemi.

Rabu (15/7/2020) harga minyak kontrak berjangka naik 0,5%. Pada 09.50 WIB, harga minyak Brent naik 0,54% ke US$ 43,13/barel dan untuk patokan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) naik 0,52% ke US$ 40,5/barel. 

Data asosiasi industri minyak AS (API) menunjukkan stok minyak mentah pekan lalu yang berakhir pada 10 Juli turun 8,3 juta barel dan melampaui perkiraan analis yang memprediksi akan ada pengurangan stok sebesar 2,1 juta barel saja. 

Kini pelaku pasar masih menanti data resmi dari pemerintah AS (Energy Information Agency/EIA) malam nanti. Jika rilis datanya tak terlalu berbeda dan mengalami penurunan yang signifikan dibanding konsensus maka ini akan menjadi sentimen positif. 

Namun dari sisi permintaan, lonjakan kasus infeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) menjadi ancaman yang membayangi pemulihan. Dalam sepekan terakhir rata-rata pertambahan jumlah kasus infeksi baru di AS mencapai angka 60.000 dan menjadi rekor sejak wabah pertama merebak.

Kenaikan kasus yang signifikan membuat Gubernur California menginstruksikan agar restoran, bioskop, hingga museum untuk tutup kembali. Mobilitas yang kembali dibatasi jelas akan menekan permintaan terhadap bahan bakar.

Sementara dari sisi pasokan, pasar masih mencermati sinyal apa yang akan diberikan oleh para produsen minyak global yang tergabung dalamOPEC+. Hari ini Joint Ministerial Monitoring Committee (JMMC)OPEC sedang menggelar rapat terkait kebijakan pemangkasan output yang selama ini ditempuh.

Arab Saudi, Rusia dan anggota OPEC+ lain akan memutuskan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi 9,7 juta barel per hari (bpd) yang berakhir pada Juli atau menurunkannya menjadi 7,7 juta bpd, sesuai kesepakatan awal.

"Keputusan OPEC+ tentang pengurangan produksi akan menjadi nada untuk pasar minyak," kata ANZ Research dalam sebuah catatan.

Menurut salah satu sumber OPEC+, pada bulan Juni, OPEC dan sekutunya memiliki komitmen tinggi yang tercermin dari tingkat kepatuhan yang mencapai 107% kuota pengurangan produksi minyak yang disepakati. 

Sementara itu, OPEC mengatakan dalam laporan bulanannya bahwa permintaan minyak global akan melambung dengan rekor 7 juta bpd pada tahun 2021 karena ekonomi global pulih dari pandemi Covid-19 meskipun akan tetap di bawah level 2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemarin Ambles Nyaris 6%, Hari Ini Koreksi Minyak Berlanjut

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular