
Kemarin Ambles Nyaris 6%, Hari Ini Koreksi Minyak Berlanjut

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah anjlok dalam pada perdagangan kemarin menyusul rilis data stok minyak Amerika Serikat (AS) yang kurang ciamik.
Data resmi pemerintah (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah mingguan AS untuk periode yang berakhir pada 19 Juni 2020 mengalami peningkatan sebesar 1,44 juta barel dan stok minyak distilat juga naik 250 ribu barel.
Peningkatan stok minyak ini membuat pasar merespons negatif. Harga emas hitam pun terpelanting nyaris 6% dalam sehari kemarin. Pagi ini Kamis (25/6/2020) pukul 09.00 WIB harga minyak mentah masih melanjutkan koreksinya.
Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan Brent turun 0,35% ke US$ 40,17/barel. Sementara di waktu yang sama harga minyak acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) turun 0,24% ke US$ 37,92/barel.
Pasar juga reaktif terhadap kabar buruk terkait perkembangan terbaru pandemi corona. Sampai dengan hari ini, kasus kumulatif penderita Covid-19 secara global telah mencapai angka lebih dari 9,4 juta orang. Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara dengan kasus terbanyak.
Lonjakan kasus baru yang terjadi di Negeri Paman Sam membuat beberapa gubernur New York, New Jersey dan Connecticut memberlakukan kebijakan karantina 14 hari bagi para pengunjung dari sembilan negara bagian lain ketika sampai.
Di Jerman laju reproduksi virus juga mengalami peningkatan menjadi 2,76. Itu artinya 1 orang pasien atau penderita Covid-19 bisa menularkan ke hampir 3 orang lainnya. Peningkatan kasus di Jerman membuat Pemerintah Negara Bagian North Rhine-Westphalia kembali memberlakukan lockdown di dua distrik agar virus tidak menyebar lebih lanjut. Mini-lockdown ini rencananya berlaku hingga 30 Juni.
Kabar terbaru yang juga turut membebani harga minyak adalah proyeksi IMF yang memperkirakan output global terkontraksi minus 4,9% tahun ini. Angka ini merupakan revisi turun sebesar 1,9 poin persentase dari proyeksi sebelumnya di bulan April lalu.
Meskipun harga minyak turun, tetapi harga minyak mentah masih kuat di kisaran US$ 40/barel dan bergerak di rentang yang sempit. Ada beberapa faktor yang jadi pemicunya.
Pertama adalah perpanjangan pemangkasan output negara-negara produsen yang tergabung dalam OPEC+ sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) hingga Juli.
Anggota yang memiliki komitmen rendah pada kesepakatan pada periode pemangkasan Mei seperti Irak juga berjanji akan mengkompensasi over produksinya dalam beberapa bulan mendatang.
Sementara itu, harga minyak yang sudah tergolong murah membuat China mengimpor lebih banyak emas hitam. Reuters melaporkan China mengimpor 11,3 juta bpd minyak pada Mei dan volume diperkirakan akan meningkat untuk Juni dan Juli. Baru di kuartal ketiga impor China diperkirakan akan melambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Belum Bergairah Reli Lagi, Kenapa Ya?