Harga Minyak Dunia Belum Bergairah Reli Lagi, Kenapa Ya?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 July 2020 11:02
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif diperdagangkan cenderung stagnan dalam beberapa hari terakhir. Pelaku pasar masih terus mencermati perkembangan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Kamis (23/7/2020) harga minyak mentah flat. Pada 09.00 WIB harga untuk kontrak berjangka Brent berada di US$ 44,24/barel dan untuk kontrak acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) berada di US$ 41,86/barel.

Pada dasarnya ada beberapa faktor yang berpotensi membuat harga emas hitam ini terkoreksi. Pertama adalah kenaikan stok minyak mentah AS. Data resmi pemerintah (EIA) melaporkan, stok minyak mentah AS naik 4,9 juta barel ke 536,6 barel. 

Kenaikan stok ini berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 2,1 juta barel. Di saat yang sama produksi juga meningkat ke 11,1 juta barel per hari (bpd) atau naik 100 ribu bpd. 

"Secara keseluruhan, ini akan menunjukkan bahwa pemulihan permintaan yang kami lihat dari bawah tampaknya macet," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group yang berbasis di Chicago, kepada Reuters. 

Presiden Donald Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa wabah mungkin akan memburuk sebelum akhirnya membaik. Hal ini juga turut menjadi sentimen yang menggerakkan harga di pasar. 

Di hari yang sama, AS mencatatkan rekor tambahan angka kematian tertinggi yang pernah terjadi. Pada Selasa (21/7/2020) sebanyak lebih dari 1.000 orang di AS dinyatakan meninggal dunia karena mengidap Covid-19. 

Di sisi lain ketegangan yang terjadi antara Washington-Beijing juga perlu dicermati oleh para pelaku pasar. Kemarin AS meminta China untuk menutup konsulatnya di Houston dalam kurun waktu 72 jam. 

Keputusan yang diambil AS tersebut tak terlepas dari tuduhan Negeri Paman Sam atas aktivitas spionase yang dilakukan oleh Negeri Tirai Bambu. China tak terima dan merespons sikap AS tersebut. 

"AS harus mencabut keputusannya yang salah," katanya. "Cina pasti akan bereaksi dengan tindakan tegas." Pemimpin Partai Komunis di Beijing dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di kota pusat Wuhan sebagai aksi balasan.

Perkembangan vaksin yang terus menunjukkan hasil positif turut menjaga stabilitas harga minyak. Hasil uji klinis vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Moderna dan AstraZeneca menunjukkan bahwa peserta uji mampu menghasilkan antibodi setelah diberikan kandidat vaksin. 

Kemampuan harga minyak mentah untuk naik lagi akan sangat tergantung dari bagaimana kinerja ekonomi untuk mendongkrak permintaan. Sementara dari sisi suplai, kebijakan organisasi negara eksportir minyak global (OPEC+) juga terus diperhatikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemarin Ambles Nyaris 6%, Hari Ini Koreksi Minyak Berlanjut

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular