
Mengekor Kemajuan Vaksin Corona, Harga Obligasi RI Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia hari ini, Selasa (14/7/2020) mengalami penguatan di tengah kemajuan pengembangan vaksin anti-virus corona (Covid-19).
Perusahaan Pfizer (PFE) dan BioNTech (BNTX) mengumumkan bahwa dua dari empat kandidat vaksin yang diselidiki perusahaan menerima penetapan Jalur Cepat dari Administrasi Makanan dan Obat (Food and Drug Administration/FDA) AS. Kedua perusahaan mengatakan bakal memulai tahap uji coba berikutnya sesegera mungkin akhir bulan ini dan mengantisipasi dengan mendaftarkan hingga 30.000 subyek.
Sebelumnya, perusahaan farmasi AS Gilead Sciences (GILD) mengatakan bahwa obat mereka, yakni remdesivir, menunjukkan penurunan risiko kematian yang tajam ketika digunakan untuk mengobati pasien yang menderita virus corona.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun dan FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 2,50 basis poin (bps) menjadi 7,597%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan imbal hasil (yield), begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Perbandingan Yield SBN RI 14 Juli 2020
Yield Obligasi Negara Acuan 14 Juli'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 13 Juli'20 (%) | Yield 14 Juli'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 14 Juli'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.423 | 6.408 | -1.50 | 6.3103 |
FR0082 | 10 tahun | 7.112 | 7.089 | -2.30 | 7.0535 |
FR0080 | 15 tahun | 7.622 | 7.597 | -2.50 | 7.5348 |
FR0083 | 20 tahun | 7.624 | 7.609 | -1.50 | 7.5519 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) justru melemah. Indeks tersebut turun 0,28 poin atau 0,10% menjadi 281,21 dari posisi kemarin 281,49.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas. Pada hari Selasa (14/7/2020), rupiah melemah 0,17% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.375/US$ di pasar spot.
Hal ini mencerminkan bahwa vaksin virus corona yang sedang dikembangkan oleh berbagai negara efektif meningkatkan kepercayaan investor bahwa perekonomian akan berangsur-angsur pulih dan aktivitas ekonomi dapat dibuka kembali secara normal. Oleh karena itu, investor mulai mengalirkan dananya ke aset pendapatan tetap (fixed income).
Penguatan obligasi hari ini juga terlihat dari hasil lelang SUN yang mengalami kelebihan permintaan sebesar 3 kali dari target indikatif yang sebesar Rp 20 triliun. Di mana permintaan yang masuk senilai Rp 61,16 triliun, dan pemerintah memenangkan sebesar Rp 22 triliun dari tujuh seri tersebut, mengacu data DJPPR Kementerian Keuangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Mulai Masuk Obligasi RI, Setelah Sempat Keluar Rp 114 T