Rupiah Terbeban Corona, Laut China Selatan, Resesi Singapura

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 July 2020 11:33
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Apa boleh buat, hari ini hampir tidak ada berita baik yang beredar di pasar keuangan dunia. Pertama tentu soal pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona per 13 Juli adalah 12.768.307 orang. Bertambah 215.539 orang (1,72%) dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam lima hari terakhir, tambahan pasien positif corona selalu lebih dari 200.000 per hari. Ini membuat kurva kasus corona dunia tidak lagi melandai, tetapi melengkung ke atas.

Tedros Adhananom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, menegaskan banyak negara yang salah langkah dalam menghadapi pandemi virus corona. Menurutnya, protokol kesehatan seperti menjaga jarak dan memakai masker belum sepenuhnya ditegakkan, masih sangat longgar.

"Saya terus terang saja, terlalu banyak negara berjalan di jalur yang salah. Ingat, virus ini masih menjadi musuh masyarakat nomor satu. Kalau hal-hal mendasar tidak dipatuhi, maka pandemi ini akan semakin buruk, buruk, dan memburuk," tegas Ghebreyesus, seperti dikutip dari Reuters.

Mike Ryan, Direktur Eksekutif WHO, menyarankan agar sejumlah negara yang mengalami lonjakan kasus corona menerapkan karantina wilayah (lockdown) terbatas. Ini diharapkan bisa membatasi ruang gerak virus corona sehingga tidak menyebar lebih jauh.

"Beberapa wilayah di AS mungkin perlu menerapkan lockdown yang lebih spesifik untuk menekan angka transmisi virus. Terutama di daerah yang transmisinya tidak terkendali," kata Ryan, sebagaimana diwartakan Reuters.

Sentimen kedua, ketegangan di Laut China Selatan memasuki babak baru. AS sudah masuk lebih jauh dalam friksi antara China dan negara-negara di Asia ini.

Washington menegaskan bahwa klaim Beijing atas Laut China Selatan berdasarkan Nine Dash Line tidak sah. AS menilai China melakukan bullying terhadap negara-negara lain.

"Kami perjelas, klaim Beijing atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan bertentangan dengan hukum. Ini adalah bentuk bullying.

"Dunia tidak akan membiarkan Beijing menebar ancaman di Laut China Selatan. Dalam rangka menjaga stabilitas, AS akan meregangkan otot dan mencoba mengarahkan konflik serta konfrontasi di wilayah tersebut," jelas Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, seperti diberitakan Reuters.

Sentimen ketiga, hari ini diumumkan data ekonomi terbaru di Singapura. Ekonomi Singapura mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif -12,6% pada kuartal II-2020. Dengan kontraksi -0,3% pada kuartal sebelumnya, maka Singapura sudah resmi jatuh ke jurang resesi.

Kontraksi -12,6% adalah yang terdalam sepanjang sejarah Singapura. Rekor sebelumnya adalah pada kuartal I-2009.

"Kami memperkirakan terjadi kontraksi dalam pada kuartal II-2020. Namun tidak menyangka separah ini," ujar Steve Cochrane, Ekonom Moody's Analytics, seperti dikutip dari Reuters.

Berbagai kabar tersebut membuat nyali pelaku pasar ciut, dan memilih untuk kembali ke pelukan dolar AS yang berstatus aset aman (safe haven). Pada pukul 10:38 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%. Keperkasaan dolar membuat mata uang lainnya tidak punya ruang untuk menguat, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular