
Tembus 5.100, IHSG Siap-siap Ngegas Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan Kamis (9/7/20) langsung dibuka naik 0,19% ke level 5.085,92. Selang 5 menit IHSG masih terpantau berada di zona hijau dengan apresiasi sebesar 0,59% di level 5.106,11.
Data perdagangan mencatat, investor asing kembali melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 30 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 712 miliar.
Saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan beli bersih sebesar Rp 9 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 250 juta.
Sementara itu saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Erajaya SwasembadaTbk (ERAA) dengan jual bersih sebesar Rp 1,2 miliar dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 8 miliar.
Sedangkan bursa di kawasan Asia mayoritas terpantau bervariatif, Hang Seng Index di Hong Kong turun 0,49%, Nikkei di Jepang terapresiasi sebesar 0,15%, sedangkan STI Singapore turun 0,20%.
Beralih ke bursa saham Amerika Serikat (AS) yakni Wall Street, pada penutupan perdagangan Rabu kemarin (Kamis dini hari tadi waktu Indonesia) kembali menguat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terapresiasi 177,10 poin atau 0,7% menjadi 26.067,28, Nasdaq melonjak 148,61 poin atau 1,4% menjadi 10.492,50 dan S&P 500 naik 24,62 poin atau 0,8% menjadi 3.169,94.
Penguatan tiga indeks utama Wall Street bahkan terjadi ketika kasus virus corona terus meningkat pada rekor kecepatan. Kasus COVID-19 AS melampaui 3 juta semalam, mempengaruhi hampir satu dari setiap 100 orang Amerika. California, Hawaii, Idaho, Missouri, Montana, Oklahoma dan Texas memecahkan rekor tinggi sebelumnya untuk infeksi baru.
"Angka-angka COVID di AS tetap meresahkan dan ini adalah awal untuk membuat berita utama ekonomi," kata Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, dalam sebuah catatan.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mencoba untuk menenangkan kekhawatiran tentang dampak virus pada ekonomi, mengatakan kepada CNBC "Squawk Box" data yang menunjukkan pemulihan yang tajam.
"Tak ada yang menyangkal bahwa kita mencatat kenaikan drastis kasus di beberapa titik api.. Secara virtual, tiap keping data menunjukkan pemulihan berbentuk V," ujar Kudlow pada Rabu. Namun, lanjut dia, semua orang tak bisa menafikan bahwa ada banyak skenario dan sejauh ini ada 8 juta lapangan kerja yang tercipta dalam beberapa bulan terakhir.
Sentimen pasar juga sedikit membaik setelah pemerintah AS meneken kontrak senilai US$ 1,6 miliar dengan Novavax untuk mengembangkan vaksin corona, sebagai bagan dari operasi "Warp Speed."
Selanjutnya, laporan tingkat inflasi di China yang diperkirakan akan menjadi 2,20% pada akhir kuartal ini, menurut model makro global Ekonomi Perdagangan dan ekspektasi analis. Ke depan, diperkirakan tingkat inflasi di China akan mencapai 2,30 dalam waktu 12 bulan. Dalam jangka panjang, tingkat Inflasi Tiongkok diproyeksikan sekitar 1,90 persen pada tahun 2021.
Sementara pada rilis terakhir, tingkat inflasi tahunan China turun menjadi 2,4% pada Mei 2020, terendah sejak Maret 2019 dan di bawah konsensus pasar untuk sebesar 2,7%, di tengah upaya untuk mengendalikan wabah COVID-19. Secara bulanan, harga konsumen turun 0,8% setelah penurunan 0,9% di bulan April dan dibandingkan dengan perkiraan untuk penurunan 0,5%.
Laporan tingkat inflasi ini bisa memberikan gambaran kondisi ekonomi China terkini akibat hantaman dari virus corona yang pertama kali muncul di kota Wuhan. Tingkat inflasi yang semakin menurun mencerminkan terkendalinya harga barang dan jasa, selain itu, rendahnya inflasi akan mendorong penurunan suku bunga oleh bank sentral.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000