Angka Keramat? IHSG Rasanya Masih Sulit ke Level 5.000

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
08 July 2020 08:48
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih memiliki tenaga untuk berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan hari ini, Rabu (8/7/2020).

Sebelumnya, pada perdagangan Selasa kemarin, bursa saham acuan di Indonesia ini melemah 0,04% ke posisi 4.987,08 poin dengan nilai transaksi harian Rp 7,93 triliun dan volume 8,34 miliar unit saham.

PT Valbury Sekuritas mencermati, ada sejumlah katalis yang diperhatikan pasar. Pertama, meningkatnya cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2020 di angka US$ 131,7 miliar, naik jika dibandingkan dengan posisi akhir Mei 2020 yang tercatat US$ 130,5 miliar.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Katalis lainnya, catat Valbury antara lain pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang akan memanfaatkan pinjaman bilateral dan multilateral sebagai salah satu strategi pembiayaan utang guna menangani dampak pandemi Covid-19.

"Pembiayaan lewat Surat Berharga Negara (SBN) juga akan dimaksimalkan baik yang dalam mata uang rupiah maupun global," demikian riset Valbury Sekuritas, Rabu (8/7/2020).

Dari luar negeri, ada sentimen dari Kamar Dagang AS dan lebih dari 40 asosiasi perdagangan mendesak pejabat tinggi Amerika dan Cina mengimplementasikan perjanjian perdagangan fase 1 yang di teken Januari lalu. Desakan itu dilontarkan di tengah panas-dingin hubungan kedua negara terkait asal usul wabah virus corona.

Dengan katalis tersebut, Valbury memperkirakan IHSG akan bergerak pada rentang support 4.976/4.964/4.946 dan resistance 5.005/5.023/5.034.

Di sisi lain, Reliance Sekuritas mencermati, bursa saham Wall Street merosot pada perdagangan kemarin akan turut mewarnai laju IHSG pada perdagangan Rabu ini.

Pelemahan bursa Wall Street dipicu oleh melemahnya saham-saham maskapai penerbangan dan perhotelan. Ini menandai ekonomi Negeri Paman Sam sedang terpukul dan memiliki waktu yang cukup panjang untuk pemulihannya. Tak hanya itu, saham emiten teknologi seperti Microsoft dan Amazon juga tak luput dari pelemahan.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Pamer Kinerja IHSG, Lebih Cuan dari Negara Tetangga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular