Analisis Teknikal

Banjir Sentimen Negatif, Mohon Maaf IHSG Bakal Merah Hari Ini

Haryanto, CNBC Indonesia
08 July 2020 07:48
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu (8/7/2020) berpotensi masuk zona merah setelah tiga indeks utama Wall Street mengalami penurunan di tengah kekhawatiran pandemi virus corona.

Lebih dari 2,93 juta kasus virus corona telah dikonfirmasi di AS bersama dengan setidaknya 130.306 kematian, menurut Johns Hopkins University. Selama akhir pekan, lebih dari 20 negara bagian melaporkan tingkat pertumbuhan rawat inap minimal 5%.

Sebelumnya, pada perdagangan Selasa kemarin (7/7/2020) bursa Tanah Air IHSG terkoreksi tipis, dengan penurunan yang hanya sebesar 1,78 poin atau 0,04% menjadi 4.987,08 di saat data cadangan devisa untuk bulan Juni 2020 naik ke US$ 131,7 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Mei 2020 pada US$ 130,5 miliar.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan kemarin mencapai Rp 7,96 triliun, namun investor asing mulai masuk dengan beli bersih (net buy) mencapai Rp 377,43 miliar di pasar reguler dan negosiasi.

Sementara , volume transaksi tercatat 10,13 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 712.051 kali transaksi. Ada sebanyak 286 saham yang mencatatkan penurunan, sementara naik  sebanyak 138 saham dan stagnan sebanyak 149.

Saham-saham yang turun di antaranya saham PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) (-3,06%), PT PP (Persero) Tbk (PTPP) (-2,94%), PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY) (-2,80%), sedangkan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) (-2,50%) dan PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) (-2,41%).

Saham yang paling banyak dilepas asing kemarin adalah PT Bank Negara IndonesiaTbk (BBNI) dengan jual bersih sebesar Rp 33 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 60 miliar.  

Sedangkan saham yang paling banyak di koleksi asing adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan beli bersih sebesar Rp 147 miliar dan PT Bank Central Asia (BBCA) yang mencatatkan net buy sebesar 116 miliar.

Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Selasa kemarin (Rabu pagi waktu Indonesia) masuk teritori negatif di tengah kekhawatiran pandemi virus corona.  

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 396,85 poin atau 1,5% menjadi 25.890,18, Nasdaq merosot 89,76 poin atau 0,9% menjadi 10.343,89 dan S&P 500 turun 34,40 poin atau 1,1% menjadi 3.145,32.

Kekhawatiran coronavirus yang diperbarui datang ketika para pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa jumlah kematian akibat pandemi mungkin mulai naik lagi.

Presiden Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic juga memperingatkan bahwa lonjakan kasus virus corona di negara-negara bagian selatan dan barat dapat memperlambat pemulihan ekonomi AS.

Bostic mencatat dalam sebuah wawancara dengan Financial Times bahwa bahwa data frekuensi yang tinggi telah "meratakan" kegiatan ekonomi baik dalam hal pembukaan bisnis dan mobilitas.

"Ada beberapa hal yang kami lihat dan beberapa di antaranya meresahkan dan mungkin menyarankan bahwa lintasan pemulihan ini akan menjadi sedikit lebih bergelombang daripada yang mungkin terjadi," kata Bostic.

Sementara itu, aksi ambil untung atau profit taking mungkin juga berkontribusi terhadap penurunan Wall Street setelah Nasdaq dan S&P 500 ditutup lebih tinggi untuk lima sesi berturut-turut.

Pada catatan pukul 07:15 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,16% pada 25.812, sedangkan S&P 500 menguat 0,15% menjadi 3.141 dan Nasdaq Composite 100 naik 0,20% pada 10.553.

Pada perdagangan pagi ini Rabu (8/7/2020) koreksi bursa Wall Street kemungkinan menjadi sentimen negatif IHSG masuk zona merah.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot menuju level support, dengan garis BB yang semakin menyempit setelah menembus maka, pergerakan selanjutnya diperkirakan masih terkoreksi.

Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support yang berada di area 4.975 kembali hingga area 4.945. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 5.010 hingga area 5.040.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang sudah berpotongan di di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk terkoreksi atau turun lebih lanjut.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 57, dengan garis yang sudah berada di area jenuh beli atau overbought dan juga terpantau menurun artinya pergerakan cenderung melemah.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot menuju level support, dengan garis BB yang semakin menyempit maka pergerakan selanjutnya berpotensi turun lebih lanjut. Hal ini juga terkonfirmasi dengan MACD dan RSI yang sudah overbought.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular