Kenapa Harga Batu Bara Cuma Naik Secuil? Ternyata Gegara Ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 July 2020 11:08
Batu bara, Kalimantan
Foto: Istimewa

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara untuk kontrak yang ramai ditransaksikan ditutup melemah tipis cenderung stagnan di akhir pekan. Meski begitu, harga komoditas unggulan Indonesia dan Australia ini mencatatkan penguatan dibanding pekan sebelumnya. 

Jumat (3/7/2020), harga batu bara acuan Newcastle ditutup di US$ 54,45/ton. Harga batu bara melemah tipis 0,09% dibandingkan dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Namun secara mingguan harga batu bara masih menguat 0,5%. 

Jika dibandingkan dengan posisi di awal tahun, harga batu bara masih terkoreksi sebesar 22,1%. Namun sejak akhir April ketika harga batu bara menyentuh level terendahnya (bottom), pergerakan harga cenderung sideways atau stabil. 

Ada berbagai faktor yang menjadi pemicu pola pergerakan ini. Stabilnya harga minyak mentah cenderung membuat harga batu bara ikut tertopang. Selain itu perkembangan positif seputar vaksin dan obat untuk virus corona juga turut mendongkrak harga aset-aset berisiko. 

Relaksasi lockdown di berbagai negara membuat aktivitas perekonomian kembali terpacu. Data industri seperti indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur pun mengalami perbaikan dalam dua bulan terakhir. 

Namun ada faktor lain yang susah membuat harga batu bara menguat. Secara fundamental, pasar batu bara lintas laut (seaborne) terutama di kawasan Asia Pasifik masih lesu. India dan China dikabarkan akan mengurangi impor batu baranya di semester kedua ini dan beralih ke pasokan domestik. 

Impor batu bara termal Korea Selatan dan Jepang juga tercatat masih rendah. Melimpahnya pasokan serta murahnya harga gas alam berpotensi membuat kedua negara tersebut beralih menggunakan energi yang dinilai lebih ramah lingkungan tersebut. 

Sementara itu dari Benua Biru, komitmen untuk terus meninggalkan batu bara semakin kuat. Jerman adalah salah satu contohnya, Negeri Panser itu akan memberikan bonus bagi perusahaan utilitas yang beralih dari batu bara ke sumber energi lainnya. 

Perwakilan parlemen dari partai konservatif dan SPD mengatakan dengan kesepakatan tersebut maka perusahaan utilitas yang beralih dari batu bara ke gas akan mendapatkan bonus konversi 390 euro per kilowatt. Jauh lebih besar dari yang sebelumnya disetujui senilai 180 euro saja.

Bonus ini hanya diperuntukkan bagi pembangkit yang usianya tak lebih dari 25 tahun dan akan tersedia hingga akhir 2022 saja. Jika perusahaan utilitas mulai beralih ke gas setelah 2022 maka bonus yang diterima akan turun 25 euro per kilowatt setiap tahunnya.

Stasiun pembangkit yang berusia 25 - 35 tahun akan mendapat konversi bonus yang lebih rendah sebesar 225 euro jika mereka beralih ke gas.

Pemerintah juga ingin membujuk perusahaan utilitas yang tidak beralih ke gas untuk menutup pembangkit batu bara mereka dengan tender yang berjalan hingga 2026.

Di bawah rencana itu, perusahaan utilitas dapat mengajukan kompensasi jika mereka berencana menutup stasiun pembangkit listrik dan mereka yang memiliki penawaran terendah akan diberi kompensasi.

Setelah 2026, pembangkit listrik batu bara (hardcoal) akan terpaksa ditutup tanpa kompensasi. Tujuannya adalah untuk membuat pembangkit listrik Jerman bebas dari batu bara pada tahun 2033.

Belum juga pandemi usai, lonjakan kasus baru yang signifikan terus dilaporkan akhir-akhir ini. Amerika Serikat (AS) selaku negara dengan jumlah kasus terbanyak di dalam empat hari pertama bulan Juli ada 15 negara bagian yang melaporkan rekor kenaikan kasus hariannya. 

WHO bahkan merekomendasikan lockdown untuk negara-negara dengan kenaikan kasus yang sangat signifikan. Bagaimanapun juga kata lockdown sendiri membuat pelaku pasar jadi alergi. 

Maklum karantina wilayah ini membuat roda ekonomi berputar dengan lambat bahkan mandek. Ekonomi mati suri kena pukulan ganda akibat disrupsi rantai pasok dan penurunan permintaan. 

Akibat lockdown saja permintaan batu bara sudah melemah. Jika lockdown harus kembali diterapkan maka kebutuhan listrik untuk sektor komersial seperti mall hingga sektor industri akan semakin tertekan. 

Menurut asosiasi penambang batu bara RI (APBI), pandemi telah menyebabkan gangguan terhadap permintaan batu bara sebesar 85 juta ton. Hal ini membuat harga batu bara rontok dan perusahaan tambang di berbagai belahan dunia seperti AS, Rusia hingga RI mengalami kerugian. 

APBI meminta para anggotanya untuk memangkas produksi 15% - 20% dari target awal. Sebagai informasi, Indonesia menargetkan produksi batu bara tahun ini sebanyak 550 juta ton.

Pelemahan permintaan membuat harga batu bara acuan (HBA) RI bulan Juli juga dipatok semakin rendah. Bahkan menjadi level terendah dalam empat tahun terakhir. HBA untuk bulan Juli dipatok di US$ 52,16/ton. Lebih rendah dari bulan Mei di US$ 52,98/ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article April 2020, HBA Anjlok ke Level USD 65,77

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular