Rupiah Loyo, Kurs Poundsterling Melesat ke Atas Rp 18.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 July 2020 17:30
Bank of England governor Mark Carney poses with a new polymer five pound note at Whitecross Street Market in London, Britain September 13, 2016. REUTERS/Stefan Wermuth/File Photo
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Stefan Wermuth)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah babak belur pada perdagangan Jumat (3/7/3030), kurs poundsterling mampu melesat jauh ke atas Rp 18.000/US$. Tekanan rupiah datang dari risiko terjadinya inflasi di Indonesia, yang membuat aset-aset dalam negeri menjadi kurang menarik.

Sementara poundsterling mendapat tenaga dari harapan tercapainya kesepakatan dagang Inggris dengan Uni Eropa. Berdasarkan data Refinitiv, poundsterling pada hari ini melesat 2% ke Rp 18.187,89/GBP pada hari ini. Untungnya posisi tersebut sedikit terpangkas, pada pukul 16:40 WIB, poundsterling berada di level Rp 17.978,69/GBP di pasar spot. 

Sebelum hari ini, poundsterling sudah menguat 3 hari beruntun dengan total penguatan 2,35%.

Terus merosotnya rupiah di pekan ini terjadi akibat kecemasan pelaku pasar akan kemungkinan naiknya inflasi di Indonesia. Hal ini terjadi setelah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin lalu setuju "sharing the pain" dengan pemerintah dalam rangka memerangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19). BI setuju untuk membeli obligasi pemerintah tanpa bunga alias zero coupon.

Ahli strategi mata uang di DailyFX, Margaret Yang, sebagaimana dikutip Reuters mengatakan saat bank sentral di negara berkembang membeli obligasi pemerintahnya dengan mata uang sendiri, maka akan menciptakan inflasi.

"Bank Sentral AS (The Fed) melakukan hal yang sama, tetapi situasinya berbeda karena dolar AS adalah mata uang dunia, jadi uang tidak hanya beredar di Amerika Serikat, tetapi juga ke seluruh dunia," katanya.

Ketika inflasi meningkat, maka daya tarik investasi di Indonesia menjadi menurun, sebab real return yang dihasilkan menjadi lebih rendah. Di sisi lain, poundsterling diramal akan menguat di sisa tahun ini. Hasil survei Reuters menunjukkan mayoritas analis memprediksi Inggris dan Uni Eropa akan mencapai kesepakatan dagang.

Inggris saat ini dalam masa transisi hingga 31 Desember nanti untuk keluar dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan istilah Brexit. Kedua belah pihak sedang melakukan negosiasi untuk hubungan dagang setelah masa transisi berakhir.

Kesepakatan dagang antara kedua belah pihak dikatakan lebih mempengaruhi kurs poundsterling, ketimbang pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Maklum saja, kesepakatan tersebut akan mempengaruhi nasib Inggris untuk jangka panjang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Terpuruk! Kurs Poundsterling Tembus Rp 20.000/GBP

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular