Terungkap! Indomobil Rights Issue, Pieter Tanuri Siap Masuk

tahir saleh, CNBC Indonesia
03 July 2020 08:14
pieter tanuri (Bali United.com)
Foto: pieter tanuri (Bali United.com)

Jakarta, CNBC Indonesia - Teka-teki siapa pemilik di balik PT Bina Raya Perkasa, perusahaan yang akan menyerap saham baru PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) akhirnya terjawab. Pemilik Bali United dan mantan pemegang saham mayoritas Multistrada yakni Pieter Tanuri ternyata menjadi pemilik perusahaan tersebut.

Hal itu terungkap dalam jawaban direksi IMAS kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (2/7/2020) terkait dengan pertanyaan siapa saja pihak yang terlibat dalam aksi korporasi IMAS.

Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan, IMAS berencana melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) III atau penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue kepada pemegang saham perseroan.

Saham yang akan diterbitkan adalah saham biasa sebanyak- banyaknya 1.229.012.627 saham biasa (1,22 miliar saham) dengan nilai nominal Rp 250/saham.

Harga pelaksanaan HMETD adalah antara Rp 500-600/saham sehingga dengan demikian nilai dana rights issue diperkirakan mencapai Rp 675,95 miliar sebagaimana disebutkan dalam informasi kepada BEI tersebut.

Gallant Venture Ltd, perusahaan yang sahamnya juga dipegang oleh Grup Salim di Singapura, bersama Keppel Group dan JTC Group ini tak akan menyerap saham baru itu dan berencana mengalihkan seluruh haknya dalam penerbitan saham baru IMAS kepada Bina Raya Perkasa. Hak yang akan diallihkan kepada Bina Raya Perkasa sebanyak 878.562.566 HMETD.

Proses PUT III ini diharapkan mendapat restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 Juli mendatang.

Direktur Utama Indomobil Jusak Kertowidjojo mengatakan Bina Raya Perkasa adalah perusahaan yang fokus pada bisnis konsultasi manajemen.

"Pertimbangan Gallant Venture Ltd mengalihkan haknya karena saat ini kinerja perseroan [IMAS] belum naik sehingga Gallant selaku perusahaan publik di Singapura tidak berniat mengambi bagian (exercise) haknya dalam PUT III ini," katanya dalam suratnya kepada BEI.

Hubungan IMAS dengan Bina Raya adalah kesamaan direksi. "Sehubungan dengan pengalihan tersebut tidak ada rencana perubahan kepengendalian setelah pelaksanaan PUT III."

Adapun Direktur Utama Bina Raya juga dijabat Jusak Kertowidjojo, sementara Direktur Bina Raya adalah Evensius Go (juga direktur IMAS), sementara Komisaris dijabat Pieter Tanuri yang menjadi pemegang saham utama Bina Raya (pemilik manfaat atau beneficial ownership).

Pieter adalah salah satu konglomerat Tanah Air dan mantan pemilik PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), yang memproduksi ban Corsa, dan pemilik PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), pengelola Bali United. Sebelumnya Pieter menjual MASA kepada pabrikan ban asal Prancis, Michellin.

Mengacu data BEI, saham IMAS pada penutupan perdagangan Kamis (2/7/2020), menguat 8,13% di level Rp 665/saham. Harga rata-rata saham IMAS berada di level Rp 648/saham.

Jumlah besaran saham maksimal yang akan diterbitkan IMAS tersebut merupakan 30,77% dari jumlah saham perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh setelah PUT III.

Saat prospektus dirilis, pemegang saham IMAS yakni Gallant Venture Ltd 71,49%, PT Tritunggal Intipermata 18,17% (juga Grup Salim), dam investor publik 10,34%.

Nantinya setelah rights issue diselesaikan, saham Gallant menjadi 49,49%, Tritunggal 18,17%, publik 10,34%, dan Bina Raya 22%.

"Seluruh dana yang diperoleh perseroan dari PUT III ini, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi yang menjadi kewajiban perseroan akan digunakan seluruhnya untuk pengembangan usaha," tulis manajemen IMAS dalam prospektus.

Situs resmi Gallant mencatat, perusahaan ini didirikan pada 7 April 2003 sebagai perusahaan induk investasi. Beberapa anak perusahaan mulai beroperasi pada awal 1990-an dengan partisipasi Grup Salim dan beberapa investor yang terkait dengan pemerintah Singapura, seperti Grup SCI, Grup Keppel, dan Grup JTC.

"Bisnis kami di Bintan dan Batam mendapat manfaat dari kerja sama ekonomi yang erat antara Indonesia dan Singapura dan penandatanganan pada 1990 dari perjanjian antara pemerintah Indonesia dan Singapura tentang Kerja Sama Ekonomi dalam Kerangka Pengembangan Propinsi Riau," tulis manajemen Gallant.

Saat ini Non-Executive Chairman and Independent Director Gallant dijabat Lim Hock San dan Axton Salim (salah satu generasi muda Grup Salim) menjabat Non-Executive Director dan Jusak menjabat Executive Director Gallant.

Perseroan berharap bisa mendapatkan pernyataan efektif dari OJK pada 17 Juli 2020 dan target pencatatan saham baru di BEI pada 3 Agustus 2020.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terkuak! Pieter Tanuri Bakal Jadi Pemegang Saham Indomobil

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular