
Efek Vaksin, Siapa Emiten Farmasi RI Cuan Paling Gede?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham perusahaan farmasi di bursa Wall Street AS mengalami lonjakan harga seiring dengan sentimen positif vaksin Covid-19 yang mulai diproduksi guna melawan paparan virus corona. Beberapa saham farmasi baik di New York Stock Exchange (NYSE) maupun di Bursa Nasdaq melonjak sejak awal tahun dan 3 bulan terakhir tahun ini.
Duo perusahaan farmasi global AstraZeneca Plc dan Moderna Inc memang menjadi pionir dan mencatatkan progres paling signifikan dalam pengembangan vaksin untuk Covid-19.
Investor pun merespons positif dengan memburu saham emiten farmasi di bursa Wall Street AS ini sejak awal tahun hingga akhir Juni 2020.
Berdasarkan data perdagangan yang dilansir CNBC, saham Moderna berkode MRNA di Bursa Nasdaq AS ditutup naik 3,43% di level US$ 64,21 saham pada perdagangan Selasa (30/6) atau Rabu pagi waktu Indonesia (1/7/2020). Harga saham itu setara dengan Rp 899.000/saham, dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$.
Secara tahun berjalan atau year to date, saham MRNA melesat 228,27% dan setahun terakhir sahamnya meroket 338,59% dengan kapitalisasi pasar mencapai US$ 24,9 miliar atau Rp 349 triliun. Harga saham tertinggi Moderna sempat mencapai US$ 87/saham.
Adapun saham AstraZeneca Plc berkode AZN di bursa New York Stock Exchange (NYSE), ditutup minus 0,04% di level US$ 52,89/saham atau Rp 740.000/saham, dengan kapitalisasi pasar US$ 138,8 miliar atau Rp 1.943 triliun.
Secara tahun berjalan (YTD), saham perusahaan farmasi asal Inggris ini naik 6,08% dan setahun terakhir sahamnya naik 28,13% dengan harga tertinggi sempat US$ 57,44/saham.
Adapun satu perusahaan farmasi lainnya yakni Gilead Sciences Inc (dengan kode GILD) asal AS di Bursa Nasdaq juga ditutup naik 3,19% di level US$ 76,94/saham atau Rp 1 juta/saham, dengan kapitalisasi pasar US$ 96,5 miliar atau Rp 1.351 triliun.
Secara year to date saham GILD naik 18,41% dan setahun setahun terakhir naik 13,88% dengan level tertinggi harga saham US$ 85,97/saham.
Di Indonesia, penguatan serupa dialami saham-saham farmasi dan produsen produk kesehatan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia. Apalagi sentimen positif pengkajian pembuatan vaksin sempat membuat investor memburu saham-saham farmasi.
Harga Saham 9 Emiten Farmasi di BEI, Jan-1 Juli 2020
Emiten | Rp Saham | 1 Hari (%) | 3 Bln (%) | 6 Bln (%) |
Darya Varia (DVLA) | 2.190 | +0,46 | +4,78 | 0,00 |
Indofarma (INAF) | 985 | 0,00 | +74,34 | 186,34 |
Kimia Farma (KAEF) | 1.100 | -1,79 | +64,18 | +7,84 |
Kalbe Farma (KLBF) | 1.465 | +0,34 | +49,49 | -6,98 |
Merck Ind. (MERK) | 2.760 | +0.36 | +105,2 | -5,80 |
Phapros (PEHA) | 1.305 | -0,38 | +75,17 | +31,82 |
Pyridam Farma (PYFA) | 615 | +0,82 | 264 | 209 |
Sido Muncul (SIDO) | 1.255 | +3,29 | +29,38 | -1,57 |
Tempo Scan (TSPC) | 1.380 | -0,72 | +33 | +0,36 |
Sumber: BEI, harga saham per Rabu 1 Juli 2020
Berdasarkan data BEI hingga penutupan perdagangan Rabu kemarin (1/7/2020), dari sedikitnya 9 emiten farmasi di BEI, saham dengan penguatan harian terbesar dibukukan oleh PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) yang naik 3,29%. Selama 3 bulan terakhir saham emiten yang memproduksi Tolak Angin ini melesat 29,38%.
Adapun saham dengan penguatan tertinggi dalam 3 bulan terakhir dibukukan oleh PT Merck Indonesia Tbk (MERK) sebesar 105,2%.
Namun dalam 6 bulan terakhir, saham PT Indofarma Tbk (INAF) menjadi jawara dengan penguatan saham melesat 186,34%.
Penguatan saham emiten-emiten farmasi memang terjadi di tengah upaya induk usaha dua BUMN ini yakni PT Bio Farma (Persero), holding BUMN farmasi, yang menyatakan telah bekerja sama dengan produsen vaksin asal China yang telah menemukan vaksin untuk corona. Namun, produksi vaksin ini tak bisa serta merta dilakukan sesegera mungkin.
Bio Farma membawahi anak usaha yakni Indofarma dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dengan cucu usahanya PT Phapros Tbk (PEHA).
Direktur Utama Bio Farma Homesti Basyir mengatakan saat ini perusahaan masih menunggu waktu untuk bisa melakukan produksi massal vaksin yang disebut-sebut dapat segera mengakhiri virus corona ini.
"Kita juga sudah ada kerja sama, tapi masih butuh waktu," kata Honesti kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/3/2019).
Sebelumnya, Honesti menjelaskan proses pembuatan vaksin ini cukup kompleks jika seluruh proses dilakukan sendiri. Untuk itu perusahaan akan melakukan koordinasi dengan lembaga penelitian di dalam dan luar negeri untuk menge-track sejauh mana proses penelitian vaksin ini dilakukan.
(tas/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uji Coba Vaksin Corona Berhasil, Saham Farmasi Melesat!
