
Sentimen Masih Buruk, Dow Futures Cs Bergerak Variatif

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) bursa Amerika Serikat (AS) pada Jumat (26/6/2020) bergerak menyamping, merespon pengumuman hasil uji tekanan (stress test) perbankan AS dan rilis kinerja keuangan Nike yang buruk.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average tertekan ke jalur merah, mengimplikasikan koreksi indeks tersebut pada pembukaan nanti sebesar 40 poin. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq-100 justru menguat meski tipis di kisaran 0,2%.
Hasil uji tekanan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menunjukkan bahwa mayoritas bank besar di Negeri Sam itu bisa menyentuh level permodalan minimum jika terjadi skenario terburuk pandemi. Oleh karenanya, bank dituntut menahan program pembelian kembali sahamnya di pasar dan dituntut untuk tak membagikan laba bersihnya sebagai dividen.
"Meski saya berharap bank akan terus mengelola aksi permodalan dan risiko likuiditas secara prudent, dan untuk mendukung ekonomi di sektor riil, ada ketakpastian material mengenai trajektori pemulihan ekonomi," tutur Wakil Ketua The Fed Randall Quarles dalam pernyataan resminya.
Akibat pengumuman tersebut, saham beberapa bank melemah kemarin. Saham Bank of America dan JPMorgan Chase kompak anjlok lebih dari 1,5%, Wells Fargo drop 2,7% dan Goldman Sachs ambruk 3,1%.
Sementara itu, saham Nike tertekan 3% menyusul kinerja buruk perseroan kuartal kemarin, dengan kerugian bersih US$ 0,51 per saham dan pendapatan yang anjlok 38% secara tahunan menjadi US$ 6,31 miliar pada kuartal keempat.
Pasar juga masih keder melihat perkembangan virus Corona, di mana lebih dari 2,4 juta kasus baru corona di seluruh dunia menewaskan 124.000 orang, menurut data Worldometers. Florida melaporkan kenaikan lebih dari 5.000 kasus dalam sehari, Arizona mencatat lonjakan kasus sebesar 5,1% atau melampaui rerata sepekan terakhir sebesar 2,3%.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS menyebutkan bahwa jumlah infeksi bisa lebih tinggi hingga 10 kali lipat dari data resmi. Akibatnya, Texas membatalkan rencana pembukaan kembali ekonomi, mengikuti beberapa negara lain di Eropa seperti Lisbon (Portugal), Jerman, Beijing dan Victoria (Australia).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sambut Data Klaim Penganggur, Dow Futures Masih Menguat Tipis