Dow Futures Menguat Jelang Rilis Data Tenaga Kerja AS

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
30 August 2021 18:34
Traders work on the floor of the New York Stock Exchange shortly after the opening bell in New York, U.S., July 23, 2018.  REUTERS/Lucas Jackson
Foto: REUTERS/Lucas Jackson

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Senin (30/8/2021), berpeluang menutup Agustus dengan lonjakan pergerakan saham.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 21 poin (+0,1%) dari nilai wajarnya, sementara kontrak serupa indeks S&P 500 dan kontrak futures Nasdaq menguat masing-masing sebesar 0,1% dan 0,2%.

Saham teknologi juga menguat di sesi pra-pembukaan, di mana saham AMD dan Nvidia tumbuh sebesar 1%, berbarengan dengan reli saham Amazon dan Microsoft.

Sepanjang bulan berjalan, indeks S&P 500 melesat 2,6% pada Agustus, sementara indeks Dow Jones Industrial Average dan the Nasdaq Composite menguat masing-masing sebesar 1,5% dan 3,1%.

"Setiap perubahan kebijakan moneter The Fed adalah hal yang penting... Namun menurut saya saat ini menjadi lebih berarti karena kita tahu pertumbuhan ekonomi melambat dan The Fed mencoba untuk mengurangi andilnya," tutur Kepala Perencana Mata Uang Global TD Securities, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pada Jumat pekan lalu, indeks saham S&P 500 dan Nasdaq menyentuh rekor tertinggi di penutupan setelah Ketua Federal Reserve (The Fed) memberikan konfirmasi bahwa kebijakan tapering bakal dimulai tahun ini, tetapi tidak akan diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan.

Powell mengatakan bahwa inflasi saat ini secara mantap berada di kisaran target bank sentral tersebut, yakni sebesar 2%, karena inflasi saat ini hanya bersifat transisi dan akan turun ke target tersebut. Stabilitas inflasi menjadi salah satu mandat yang harus dijalankan oleh The Fed.

Berdasarkan pernyataan pejabat The Fed lainnya, tapering berpeluang diumumkan pada rapat selanjutnya pada 21-22 September. Powell mengatakan bahwa bank sentral memiliki "banyak landasan yang harus dicapai" untuk mencapai tujuan pembukaan lapangan kerja maksimum.

"Dengan pertumbuhan laba bersih emiten, PDB yang menyentuh rekor, kenaikan inflasi, dan meningkatnya laju infeksi virus varian Delta, The Fed akan merasa mendapatkan tambahan tekanan untuk meninggalkan kebijakan moneter akomodatif darurat," tulis Mike Wilson, analis Morgan Stanley, yang menilai pasar akan terkoreksi sebesar 10%.

Pasar saham juga berpeluang mendapatkan katalis positif dari rilis data tenaga kerja per Agustus pada Jumat. Ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan angka 750.000 lapangan kerja tercipta pada Agustus sementara angka pengangguran anjlok menjadi 5,2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular