
Aneh! Mood Investor Lagi Buruk, Yen Malah KO Lawan Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan yen Jepang pada perdagangan Kamis (25/6/2020) pagi. Padahal mood investor global sedang buruk akibat proyeksi pertumbuhan ekonomi global terbaru dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Saat mood pelaku pasar sedang buruk, aset aman (safe haven) seperti yen seharusnya menjadi sasaran investasi, sehingga nilainya akan menguat.
Jadi sebetulnya pelemahan yen melawan rupiah hari ini, menjadi cukup aneh. Apalagi rupiah merupakan aset negara emerging market yang dianggap berisiko, keduanya menyandang status bagai "langit dan bumi".
Pada pukul 9:45 WIB, yen melemah 0,19% ke Rp 131,24 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, yen juga melemah 0,69% di hadapan mata uang Garuda.
IMF dalam rilis terbarunya yang berjudul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.
"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).
Pemulihan ekonomi diproyeksi akan lebih lambat dan bertahan dari yang diprediksi sebelumnya.
Di negara dengan tingkat penularan Covid-19 dengan tren menurun, pemulihan ekonomi masih akan lambat karena aturan social distancing yang diberlakukan, dan akan berpengaruh hingga semester II-2020.
Sementara di negara yang masih berjuang menghadapi pandemi, lockdown akan terjadi lebih lama, sehingga pemulihan ekonomi pun akan memerlukan waktu yang lebih lama.
Dalam rilis tersebut, IMF memprediksi perekonomian global di tahun ini akan berkontraksi atau minus 4,9% lebih dalam ketimbang proyeksi yang diberikan pada bulan April lalu minus 3%.
Nyaris semua negara, dari negara maju hingga negara berkembang diramal akan mengalami kontraksi ekonomi. Secara umum, perekonomian negara maju akan minus 8%.
Amerika Serikat (AS), negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia diprediksi mengalami kontraksi 8%, kemudian ekonomi zona euro -10,2%. Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia diprediksi -5,8%.
Sementara itu, dari negara berkembang secara umum diramal minus 3%, tetapi perekonomian China diprediksi masih bisa tumbuh 1%. Sementara itu perekonomian Indonesia juga diprediksi -0,3% di tahun ini.
Akibat proyeksi tersebut, bursa saham Eropa ambrol pada perdagangan kemarin, begitu juga bursa saham AS (Wall Street) yang merupakan kiblat bursa saham dunia.
Akhirnya bursa saham Asia pagi ini juga memerah, termasuk indeks Nikkei Jepang. Dalam kondisi tersebut, yen sebagai aset safe haven seharusnya bisa menguat, tetapi yang terjadi justru takluk di hadapan rupiah, mata uang emerging market, aneh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
