Bisa Menguat Saat Cuaca Tak Bersahabat, Rupiah Hebat!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2020 09:32
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di luar dugaan mampu menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Padahal 'cuaca' sedang tidak bersahabat.

Pada Kamis (25/6/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.080 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.

Namun sejurus kemudian rupiah mampu menguat. Pada pukul 09:23 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.070 di mana rupiah menguat tipis 0,07%.

Rupiah punya peluang untuk menguat karena dua minggu terakhir sudah mengalami tekanan cukup berat. Selama periode tersebut, mata uang Tanah Air melemah 0,86%.

Namun, rupiah sepertinya bakal menghadapi hari yang berat. Pasalnya, sentimen negatif bertebaran di mana-mana.

Pelaku pasar kembali cemas dengan perkembangan penyebaran virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 24 Juni adalah 9.129.146 orang. Bertambah 135.212 orang dibandingkan hari sebelumnya, lebih tinggi dibandingkan kenaikan pada 23 Juni yang sebanyak 133.328 orang.

Kenaikan kasus corona membuat sejumlah negara kembali menerapkan karantina wilayah (lockdown) meski lingkupnya terbatas. Pemerintah Negara Bagian North Rhine-Westphalia (Jerman) kembali memberlakukan lockdown di dua distrik agar virus tidak menyebar lebih lanjut. Mini-lockdown ini rencananya berlaku hingga 30 Juni.

Di Jerman, situasinya memang agak mengkhawatirkan. Tingkat reproduksi (Rt) virus corona di Jerman saat ini berada di 2,76. Artinya, satu orang pasien positif corona bisa menulari 2,76 orang lain atau 100 pasien menginfeksi 276 orang. Tingkat reproduksi ini harus bisa ditekan hingga di bawah 1.

Memang benar bahwa data ekonomi yang dirilis akhir-akhir ini cukup bagus. Namun kalau virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini masih bergentayangan, maka tetap akan menjadi beban bagi perekonomian. Aktivitas masyarakat akan tetap terbatas, sehingga kegiatan dunia usaha juga tidak bisa terlalu ekspansif.

"Kami memang melihat ada tanda-tanda pemulihan, tetapi prosesnya bertahap. Butuh waktu untuk menciptakan pemulihan ekonomi dan kesehatan yang berkelanjutan sehingga keyakinan publik benar-benar membaik.

"Membuka kembali aktivitas masyarakat memang akan memperbaiki indikator dalam jangka pendek. Namun karena kontraksi yang terjadi sudah begitu dalam dan aktivitas masyarakat tetap tidak bisa seperti masa pra-pandemi dalam waktu yang cukup lama, maka pemulihan cepat sepertinya sulit terjadi," papar Philip Lane, Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (ECB), seperti dikutip dari Reuters.

Ditambah lagi ada kabar bahwa AS berencana mengenakan bea masuk untuk importasi produk-produk asal Inggris, Prancis, Spanyol, dan Jerman dengan nilai total US$ 3,1 miliar. Produk-produk yang bakal kena bea masuk adalah minyak zaitun, kopi, coklat, truk, dan lain-lain.

Tidak main-main, tarif bea masuk yang dikenakan bisa sampai 100%. Kantor Perwakilan Dagang AS akan mulai meminta masukan publik pada 26 Juli.

"Dengan peningkatan jumlah kasus Covid-19 dan apa yang kemungkinan terjadi di AS, pemberitaan yang beredar tidak akan banyak membantu pasar," ujar Stephen Innes, Chief Global Market Strategist AxiCorp, seperti diwartakan Reuters.

Ada lagi. Dana Moneter Internasional (IMF) merilis proyeksi terbaru di mana pada 2020, ekonomi dunia diperkirakan terkontraksi -4,9%. Lebih dalam ketimbang proyeksi yang dirilis pada April yaitu -3%.

"Ada tekanan yang besar di sisi permintaan. Pasokan juga terganggu karena penerapan lockdown," sebut laporan IMF.

imfIMF

'Ramalan' yang lebih suram ini bisa membuat mood pelaku pasar semakin jatuh. Akibatnya, arus modal hanya akan berkerumun di sekitar aset-aset aman (safe haven), yang apa lagi kalau bukan dolar AS.

"Hari ini gelasnya setengah kosong, bukan setengah penuh. Apalagi dolar AS sudah melemah dalam beberapa pekan terakhir, sehingga ada ruang untuk membalik tren tersebut," Kata Axel Merk, Chief Investment Officer di Merk Investments yang berbasis di California, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular