Jerman Lockdown Dua Distrik, Kurs Euro KO ke Bawah Rp 16.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 June 2020 19:38
FILE PHOTO: Euro, Hong Kong dollar, U.S. dollar, Japanese yen, pound and Chinese 100 yuan banknotes are seen in this picture illustration, January 21, 2016.   REUTERS/Jason Lee/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Jason Lee

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro melemah melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (24/6/2020) setelah Jerman mengalami peningkatan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19), hingga harus kembali menerapkan kebijakan karantina (lockdown) di 2 wilayah.

Pada pukul 18:32 WIB, euro melemah 0,27% melawan rupiah ke Rp 15.910,4/EUR di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan dolar AS, mata uang 19 negara ini melemah tipis 0,05% di US$ 1,13.

Pada hari Minggu lalu, tingkat reproduksi (Rt) Covid-19 di Jerman naik menjadi 2,88 dari sebelumnya 1,79. Artinya 1 orang yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan ke 2,88 orang, atau dari 100 orang dapat menularkan ke 288 orang.

Benar saja, Jerman yang sebelumnya disebut negara paling sukses meredam Covid-19 di Eropa, kini harus kembali menerapkan kebijakan lockdown di wilayah Guetersloh dan Warendorf di Jerman barat. Lockdown akan dilakukan setidaknya hingga 30 Juni.

Sebelum hari ini, euro mampu menguat 2 hari beruntun setelah rilis data yang menunjukkan kebangkitan ekonomi di Benua Biru. Tanda-tanda kebangkitan ekonomi zona euro terlihat dari data aktivitas bisnis (manufaktur dan jasa).

Markit kemarin melaporkan purchasing managers' index (PMI) kedua sektor tersebut yang menunjukkan peningkatan lebih besar dari prediksi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atas 50 berarti ekspansi.

Prancis menjadi negara yang paling mengejutkan, PMI manufaktur dan jasa kembali menunjukkan ekspansi. PMI manufaktur dirilis sebesar 52,1 di bulan ini, dari bulan Mei 40,6. Rilis tersebut lebih tinggi dari prediksi di Forexfactory sebesar 46,1, dan menjadi ekspansi pertama dalam 5 bulan terakhir. PMI sektor jasa di level 50,3 lebih tinggi dari prediksi 44,9.

Jerman, negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa juga membukukan kenaikan PMI manufaktur dan jasa masing-masing menjadi 44,6 dan 45,8, meski masih berkontraksi tetapi lebih tinggi dari prediksi 41,5 dan 41,7.

Kemudian zona euro secara keseluruhan, PMI manufaktur dilaporkan sebesar 46,9 lebih tinggi dari prediksi 43,8, dan PMI jasa sebesar 47,3 jauh lebih tinggi dari prediksi 40,5. Data tersebut memberikan harapan jika perekonomian zona euro akan segera bangkit setelah merosot tajam akibat pandemi Covid-19, atau membentuk kurva v-shape.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular