Harapan Ekonomi RI Pulih, Obligasi RI Ikut Diborong Investor

Market - har, CNBC Indonesia
24 June 2020 17:03
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari Rabu ini (24/6/2020) menguat di tengah ekspektasi pemulihan ekonomi merespons data manufaktur sejumlah negara yang mengalami kenaikan pertumbuhan.

Pembacaan awal angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Amerika Serikat (AS) periode Juni 2020 adalah 49,6, sudah sangat dekat dengan angka 50 yang menjadi titik awal ekspansi dunia usaha. Juga naik signifikan dibandingkan Mei 2020 yang sebesar 39,8.

Sementara pembacaan awal PMI manufaktur Australia untuk bulan Juni 2020 berada di 49,8. Masih di bawah 50, tetapi sudah sangat dekat. Angka 49,8 juga membaik ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 44.

Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunanyield 5,10 basis poin (bps) menjadi 6,661%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 24 Juni'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 23 Juni'20 (%)

Yield 24 Juni'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 24 Juni'20 (%)

FR0081

5 tahun

6.712

6.661

-5.10

6.4875

FR0082

10 tahun

7.218

7.196

-2.20

7.0884

FR0080

15 tahun

7.677

7.663

-1.40

7.5137

FR0083

20 tahun

7.677

7.672

-0.50

7.5696

Sumber: Refinitiv

Penguatan obligasi juga seiring dengan pernyataan dari Director of Rates Strategy di Wells Fargo, Michael Schumacher yang mengungkapkan bahwa pada akhir kuartal kedua akan menjadi situasi yang tidak stabil di pasar keuangan karena investor besar dan institusi pengelola dana pensiun cenderung membukukan sebagian keuntungannya di pasar saham dan masuk ke obligasi.

"Kami memperkirakan bahwa dana pensiun perusahaan di AS akan masuk ke aset pendapatan tetap (fixed income) senilai lebih dari US$ 35 miliar ," kata Michael Schumacher dan menambahkan bahwa, "itu akan menjadi aliran terbesar dalam enam tahun, ia telah melacak penyeimbangan kembali portofolio, " melansir CNBC.

Oleh karena itu, investor obligasi mencermati pergerakan di pasar obligasi yang berpotensi kebanjiran dana seiring beralihnya portfolio dana pensiun dari saham ke pasar fixed income tersebut. Bahkan beberapa analis berspekulasi dana yang pindah dari saham ke obligasi mulai dari US$ 35 miliar hingga US$ 75 miliar.

"Alasannya jelas karena selama ini saham menguat secara masif sementara obligasi tidak seberapa," kata Michael Schumacher.

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) yang juga menguat. Indeks tersebut naik 0,95 poin atau 0,34% menjadi 278,52 dari posisi kemarin 277,57.

Penguatan di pasar surat utang hari ini senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada hari Rabu ini (24/6/2020), Rupiah menguat 0,14% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.090/US$ di pasar spot.

 

Obligasi RI Jadi Yang Terbaik Ketiga

Penguatan harga SUN tidak senada dengan pelemahan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, kendati bervariatif. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik ketiga.

Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau variatif, yang kesemuanya mencatatkan variatif tingkat yield.  Surat utang negara yang paling melemah yaitu Afrika Selatan, yang mengalami kenaikan tingkat yield sebesar 5,50 basis poin (bps). Sementara yang paling menguat yaitu surat utang negara China dengan penurunan tingkat yield 3,20 bps.

Hal tersebut mencerminkan investor global kembali masuk aset pendapatan tetap (fixed income) Tanah Air di tengah optimisme pemulihan ekonomi yang ditunjukkan dengan kenaikan pertumbuhan di sektor manufaktur sejumlah negara.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 23 Juni'20 (%)

Yield 24 Juni'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.91

6.91

0.00

China (A+)

2.947

2.915

-3.20

Jerman (AAA)

-0.426

-0.407

1.90

Prancis (AA)

-0.107

-0.08

2.70

Inggris Raya (AA)

0.206

0.218

1.20

India (BBB-)

5.906

5.918

1.20

Jepang (A)

0.014

0.013

-0.10

Malaysia (A-)

3.056

3.043

-1.30

Filipina (BBB)

3.441

3.419

-2.20

Rusia (BBB)

5.65

5.64

-1.00

Singapura (AAA)

0.934

0.934

0.00

Thailand (BBB+)

1.25

1.22

-3.00

Amerika Serikat (AAA)

0.71

0.71

0.00

Afrika Selatan (BB+)

9.265

9.32

5.50

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Corona Terjang Ekspor Impor, Harga Obligasi RI Tak Berdaya


(har/hps)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading