Credit at Risk Hampir 15%, Hati-hati NPL Bank Bakal Bengkak!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
23 June 2020 15:22
Nasabah menukar kartu ATM visa menjadi GPN Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (30/7). Bank Indonesia (BI) dan perbankan menggelar kampanye Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Kegiatan penukaran kartu pada 30 Juli-3 Agustus 2018. Pekan penukaran kartu berlogo GPN merupakan tindak lanjut acara peluncuran bersama kartu berlogo GPN di Jakarta pada 3 Mei 2018. Kartu berlogo GPN diharapkan untuk memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi pada seluruh kanal pembayaran (EDC) yang tersedia, sehingga akan meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Perlambatan ekonomi nasional, terutama di sektor jasa keuangan di masa pandemi, tidak menyurutkan masyarakat untuk menabung di bank.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan sampai dengan Mei 2020, jumlah rekening yang dijamin LPS mencapai 312,85 juta. Adapun nominal yang dijamin mencapai Rp 3.320,06 triliun.

Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS Imam Gunandi menilai kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional masih terbilang tinggi.

"Hal ini tercermin dari distribusi cakupan penjaminan LPS yang masih stabil pada lima bulan pertama 2020," jelas Imam dalam diskusi virtual, Selasa (23/6/2020).

Kendati demikian, lanjut Imam ada beberapa hal yang mesti diwaspadai, terutama dari risiko kredit atau credit at risk.

Sampai dengan April 2020, credit at risk berada pada 11,4% dan kini sudah meningkat ke level 14,8% atau mendekati 15%.

Sebelumnya Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono mengatakan, perbankan harus mencermati tiga sumber kerentanan di tengah pandemi, baik itu dari aspek kualitas kredit dan daya tahan likuiditas.

"Ada tiga tantangan yang dihadapi lembaga keuangan di masa pandemi. Rentannya kualitas kredit, kecukupan likuiditas perbanakn dan adanya peningkatan NPL," ujar Didik dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (23/6/2020).

Pasalnya, lanjut Didik, pandemi covid-19 belum bisa dipastikan kapan akan berakhir. Sehingga apabila proses pemulihan ekonomi berjalan lambat, maka risiko penurunan kualitas kredit berpluang membesar.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article NPL Rendah, Bos Himbara Ingatkan Bank Tetap Hati-hati

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular