
Siap-Siap, Rupiah Bakal Melemah 2 Pekan Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (19/6/2020). Risiko penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua membuat rupiah berada pada jalur pelemahan 2 pekan beruntun.
Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.010/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Rupiah semakin terdepresiasi dan berada di level Rp 14.060/US$ pada pukul 12:00 WIB, di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Posisi rupiah saat ini lebih lemah ketimbang penutupan akhir pekan lalu Rp 14.050/US$. Sehingga rupiah berisiko membukukan pelemahan mingguan beruntun untuk pertama kalinya sejak bulan Maret lalu.
Sejak awal April hingga awal Juni lalu, rupiah berhasil membukukan penguatan dalam 8 dari pekan.
Risiko terjadinya penyebaran pandemi Covid-19 gelombang kedua di China membuat pelaku pasar lebih berhati-hati.
Setelah 50 hari tanpa transmisi lokal Covid-19 alias nol kasus, Beijing akhirnya melaporkan kasus pertama pada Jumat pekan lalu. Sejak saat itu hingga Rabu (17/6/2020) lalu, jumlah kasus Covid-19 di Beijing mencapai 158 orang.
Kluster Covid-19 di Beijing berada di pasar Xinfadi, yang merupakan pasar tradisional terbesar di Beijing. Sehingga risiko semakin banyak orang yang terjangkit cukup tinggi. Pasar Xinfadi tersebut juga jauh lebih besar dari pasar di kota Wuhan yang menjadi awal munculnya virus corona hingga menjadi pandemi.
"Risiko penyebaran virus corona sangat besar dan sulit untuk mengontrolnya. Kita tidak bisa mengabaikan akan adanya penambahan kasus dalam beberapa waktu ke depan," kata Pang Xinghuo, pejabat senior pengendali penyakit, sebagaimana dilansir Reuters.
Otoritas terkait sudah meliburkan semua sekolah Beijing. Bar, restoran dan klub malam juga untuk sementara tidak diizinkan beroperasi. Selain itu, penerbangan pesawat komersial juga dibatasi. Taxi, car-hailing hingga bus rute jarak jauh juga dilarang beroperasi mulai Selasa lalu.
Dalam sistem tanggap darurat virus corona, Beijing kini kembali berada di level 2, satu strip dibawah level tertinggi. Sebanyak 32 wilayah di Beijing ditetapkan memiliki risiko medium terjangkit Covid-19. Warga yang berada di wilayah dengan risiko medium hingga tinggi dilarang pergi meninggalkan Beijing.
Meski demikian, Beijing masih belum dikarantina (lockdown) hanya ada pembatasan kegiatan masyarakatnya. Tetapi jika jumlah kasus terus meningkat, bukan tidak mungkin lockdown kembali diterapkan, yang tentunya akan memukul kembali perekonomian global yang sedang berusaha bangkit.
Akibatnya, pelaku pasar pun berhati-hati mengalirkan modalnya ke negara emerging market yang memberikan imbal hasil tinggi, tetapi lebih berisiko.
