Penjualan Ritel Cetak Rekor, Dolar Australia Naik ke Rp 9.636

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 June 2020 11:20
FILE PHOTO: Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz/File Photo
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (19/6/2020) pagi, setelah tercatat melemah 3 hari beruntun. Penguatan dolar Australia ditopang data penjualan ritel Australia yang mencetak rekor tertinggi membuat Mata Uang Kanguru perkasa pada hari ini.

Berdasarkan data Refinitiv, pada pukul 10:18 WIB AU$ 1 dibanderol Rp 9.638,3, dolar Australia menguat 0,42% di pasar spot. Dalam 3 hari sebelumnya, total dolar Australia melemah 1,25%.

Biro Statistik Australia pagi tadi melaporkan penjualan ritel bulan Mei melonjak 16,3% month-on-month (MoM) yang merupakan rekor kenaikan tertinggi, setelah di bulan sebelumnya merosot 17,7%.

Dibandingkan dengan Mei 2019, penjualan ritel juga naik 5,3%, dengan nilai total A$28,83 miliar.

Kenaikan tajam penjualan ritel tersebut menunjukkan konsumsi warga Australia berangsur normal kembali, dan memberikan harapan akan pemulihan ekonomi yang cepat setelah ambrol akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Sejak awal bulan, data ekonomi dari Australia memang mengejutkan. Di awal bulan ini, pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Australia kuartal I-2020 dilaporkan mengalami kontraksi atau minus 0,3% quarter-on-quarter (QoQ).

Rilis tersebut masih lebih bagus dari prediksi kontraksi 0,4% di Forex Factory. Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year, PDB Australia tumbuh 1,4%.

Kemudian penurunan surplus neraca dagang Australia juga tak sebesar prediksi. Surplus neraca dagang di bulan April tercatat sebesar AU$ 8,8 miliar, lebih baik ketimbang prediksi AU$ 7,5 miliar.

Hanya data tenaga kerja yang mengecewakan. Kamis kemarin, tingkat pengangguran Australia dilaporkan naik menjadi 7,1% di bulan Mei daru sebelumnya 6,4%. Kenaikan tersebut lebih tinggi dari prediksi sebesar 6,9%.

Kenaikan tingkat pengangguran tersebut menjadi salah satu penyebab dolar Australia membukukan pelemahan 3 hari beruntun, selain juga rupiah yang mendapat tenaga ekstra setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuannya kemarin.


Gubernur BI, Perry Warjiyo, kemarin mengumumkan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 4,25% atau turun 25 basis poin (bps) dari sebelumnya.

Perry bersama dengan Dewan Gubernur lainnya memandang kebijakan untuk menurunkan bunga acuan 25 bps tersebut sejalan dan konsisten dengan upaya menjaga stabilitas perekonomian di era Covid-19 ini.

Tidak hanya itu, BI juga membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga ke depannya. Ini karena tekanan inflasi domestik yang rendah, tekanan eksternal yang mereda, dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Dengan diturunkannya suku bunga tentunya berdampak bagus bagi perekonomian Indonesia yang sedang merosot. Penurunan suku bunga BI diharapkan akan turut menurunkan suku bunga kredit.

Suku bunga kredit yang lebih rendah tentunya akan menarik bagi dunia usaha maupun rumah tangga untuk mengambil pinjaman, sehingga roda perekonomian kembali berputar.

Tetapi sayangnya, tenaga tersebut mulai habis pada hari ini, rupiah akhirnya melemah melawan dolar Australia pagi ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular