Internasional

The Great Lockdown, IMF Ramal Ekonomi 2020 Makin Buruk

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
17 June 2020 08:10
FILE - In this Feb. 14, 2020 file photo, Kristalina Georgieva, Managing Director of the International Monetary Fund, attends a session on the first day of the Munich Security Conference in Munich, Germany.   Georgieva said Friday, March 27,  it is clear that the global economy has now entered a recession that could be as bad or worse than the 2009 downturn.  She said the 189-nation lending agency was forecasting a recovery in 2021, saying it could be a “sizable rebound.” But she said this would only occur if nations succeed in containing the coronavirus and limiting the economic damage(AP Photo/Jens Meyer, File)
Foto: Kristalina Georgieva, IMF (AP/Jens Meyer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi global disebut berada pada jalur kontraksi yang lebih signifikan dibanding yang diperkirakan Dana Moneter Internasional (IMF) April lalu.

Bahkan lembaga itu memperkirakan, ekonomi global akan menderita krisis keuangan terburuk sejak krisis Great Depression (Depresi Hebat) tahun 1930-an, yang pernah dialami AS.



IMF menamai krisis saat ini sebagai "Great Lockdown". Lembaga itu bahkan berujar krisis tidak seperti apapun yang pernah dilihat di dunia sebelumnya.

"Untuk pertama kalinya sejak Depresi Hebat, baik ekonomi maju atau berkembang akan mengalami resesi pada tahun 2020. Data Oulook Ekonomi Global mendatang sepertinya menunjukkan tingkat pertumbuhan negatif, bahkan lebih buruk daripada yang diperkirakan," kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath dalam sebuah blog, dikutip dari CNBC International.

Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath berbicara di kantornya selama Pertemuan Musim Semi Kelompok Bank Dunia dan IMF di Washington, AS, 11 April 2019. (REUTERS / James Lawler Duggan)Foto: Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath berbicara di kantornya selama Pertemuan Musim Semi Kelompok Bank Dunia dan IMF di Washington, AS, 11 April 2019. (REUTERS / James Lawler Duggan)
Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath berbicara di kantornya selama Pertemuan Musim Semi Kelompok Bank Dunia dan IMF di Washington, AS, 11 April 2019. (REUTERS / James Lawler Duggan)



Sebelumnya pada April, IMF meramalkan ekonomi global akan berkontraksi 3% di 2020. Dengan ini, IMF kemungkinan akan memangkas prediksi pertumbuhan 2020 terbarunya.

Pandemi Covid-19 merupakan krisis kesehatan yang memicu krisis ekonomi karena langkah-langkah jarak sosial dan pembatasan perjalanan guna membendung virus mengekang aktivitas global.

Sejumlah negara memang sudah melonggarkan pengucian (lockdown), namun IMF berujar, pembukaan justru menimbulkan tantangan lain di mana beberapa negara bergulat dengan meningkatnya kasus.



IMF mencatat industri jasa terpukul keras dibanding manufaktur. Ini menjadi perbedaan dari krisis sebelumnya di mana dulu, kurangnya investasi menghantam aktivitas manufaktur.

Akibatnya kata Gopinath, ada kemungkinan permintaan konsumen yang terpendam akan rebound dalam waktu cepat. "Tidak seperti setelah krisis sebelumnya," tegasnya.

Namun, IMF memperingatkan hal baik ini juga masih perlu diantisipasi. Pasalnya krisis kesehatan mungkin merubah pengeluaran konsumen, di mana banyak orang akan menabung lebih banyak.

Bursa saham telah mencapai level tertinggi baru saat Covid-19 menyerang. S&P 500 misalnya positif di 2020. Pasar obligasi juga cenderung stabil, di tengah intervensi bank sentral.

"Dengan sedikit pengecualian, ada kenaikan spread (selisih imbal hasil) dan depresiasi mata uang di pasar negara berkembang, yang lebih kecil dari apa yang kita lihat selama krisis keuangan global. Ini penting mengingat dampak kejutan yang lebih besar ke pasar negara berkembang selama Great Lockdown," katanya lagi.

Meski begitu, ia tetap memberi warning. Bahwa jika kondisi kesehatan atau ekonomi memburuk, koreksi tajam mungkin akan terjadi di pasar publik.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Ramalan IMF Soal Negara Berkembang di 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular