Ramalan IMF Indonesia Bangkit, tapi Bukan Tanpa Risiko!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
11 January 2021 06:37
FILE PHOTO: The International Monetary Fund (IMF) headquarters building is seen ahead of the IMF/World Bank spring meetings in Washington, U.S., April 8, 2019. REUTERS/Yuri Gripas/File Photo
Foto: Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) berikan pandangan positif untuk ekonomi Indonesia 2021. Perkiraan pertumbuhan Produk Domestic Bruto (PDB) Indonesia tahun 2021 berada di 4,8% lebih besar 40 basis poin (bps) ketimbang perkiraan IMF di 4,4%.

Kebijakan makroekonomi yang akomodatif untuk tahun ini masih akan ditempuh. Tema kebijakan fiskal yang mendukung pemulihan ekonomi menjadi sorotan lembaga keuangan global itu.

Tahun 2022, bahkan IMF lebih optimistis dari Bank Dunia. Ekonomi RI diprediksi tumbuh 6%, sementara ramalan Bank Dunia menyebut pertumbuhan PDB RI tahun depan di angka 4,8%.

Beberapa penilaian positif mengenai perkembangan ekonomi Indonesia, terutama soal beberapa kebijakan seperti Undang-Undang Cipta Kerja, dan bergabungnya Indonesia dalam pakta perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP.

Belum lagi ada Pemberlakuan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 11 - 25 Januari untuk wilayah Jawa dan Bali. Ini berdampak pada perekonomian karena pengetatan di kota besar yang menjadi jantung ekonomi regional.

Mission Chief Tim Untuk Indonesia IMF, Thomas Helbling mengatakan Indonesia merespons dengan paket kebijakan yang berani dan komprehensif, khususnya untuk mengatasi kesulitan sosial ekonomi akibat Pandemi Covid -19.

"Prospeknya positif. Membangun pemulihan ekonomi pada paruh kedua tahun 2020. PDB riil diproyeksikan meningkat sebesar 4,8% pada tahun 2021 dan 6% pada tahun 2022, dipimpin oleh langkah-langkah dukungan kebijakan yang kuat, termasuk rencana distribusi vaksin COVID-19 serta peningkatan ekonomi global dan kondisi keuangan," katanya dalam riset, dikutip Senin (11/1/2021).

"Pengaturan kebijakan fiskal yang direncanakan untuk 2021 akan membantu mendorong pemulihan. Sambil mempertahankan beberapa pengeluaran darurat terkait pandemi mulai tahun 2020, anggaran 2021 mengalokasikan kembali sumber daya anggaran dan potensi pelimpahan untuk peningkatan pengeluaran berdampak tinggi, terutama investasi publik," paparnya.

"Intervensi kebijakan yang tepat waktu juga membantu menjaga stabilitas keuangan makro dan eksternal melalui periode tekanan pasar global," katanya.

Thomas sudah melakukan diskusi virtual soal perekonomian Indonesia untuk konsultasi Article IV 2020 dari 25 November hingga 11 Desember 2020 lalu. Dia melihat prospeknya positif untuk membangun pemulihan ekonomi pada paruh kedua tahun 2020.

Hanya saja, pertumbuhan ekonomi tahun ini bukan tanpa risiko. Pandemi Covid-19 menjadi kendala utama pemulihan ekonomi global dan domestik.

Tren kasus infeksi harian yang tinggi dan tembus rekor di Tanah Air membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk menutup diri dari warga negara asing (WNA) mulai dari 1-14 Januari 2021.

Program vaksinasi juga menjadi kunci peningkatan ekonomi. Diharapkan vaksinasi tidak memakan lebih dari satu tahun, serta efektivitas vaksin yang diharapkan ampuh untuk mengusir pandemi lebih cepat.

Adapun Economist Intelligence Unit (EIU) melihat sektor keuangan yang menjadi kendala adalah fenomena credit crunch di mana penyaluran kredit oleh perbankan terhambat karena bank enggan melakukan penyaluran.

Fenomena ini terjadi sepanjang 2020, penyaluran kredit terus melambat tetapi rasio dana pihak ketiga (DPK) meningkat. Meski pemerintah terus berupaya untuk mendongkrak penyaluran kredit.

Apabila ini berlanjut di tahun ini, tentu akan berdampak besar bagi perekonomian nasional.

Kedua, risiko datang dari perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia yang diminta melego sahamnya ke Pemerintah. Kendati deregulasi untuk investasi telah ditempuh oleh pemerintah, tetapi secara historis fenomena ini pernah terjadi dan dianggap sebagai risiko besar oleh EIU.

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi bisa mencapai 5% dengan memperhatikan beberapa syarat seperti tersedianya vaksin Covid-19, reformasi untuk investasi, reformasi anggaran dan pertumbuhan ekonomi global.

"Penting sekali bahwa pemulihan ekonomi itu Covid-nya harus tertangani, vaksinnya harus ada, sisi demand, sisi supply harus dilanjutkan supportnya, akselerasi reformasi harus dilakukan (seperti) Omnibus Law Cipta Kerja, reformasi anggaran dan lembaga pengelola investasi harus kita lakukan untuk menarik investasinya supaya positif," katanya.

"Jangan sampai investasi 2021 belum tumbuh. Tentunya ini juga tergantung dari pola pertumbuhan ekonomi global terutama negara maju dan partner utama kita untuk berdagang seperti Cina, US dan Jepang," jelasnya dalam Dialogue Kita edisi Oktober 2020.

Di sisi lain, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 akan menyentuh 5,5%.

"Dengan berbagai kombinasi kebijakan dan peluang yang kita manfaatkan secara optimal, maka diharapkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh di sekitaran atau kisaran 4,5 hingga 5,5% di tahun 2021," katanya di Jakarta, Minggu (3/1/2021).


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan V, Ekonomi RI Bakal Bergerak Seperti Logo Nike?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular