Stagnan Lawan Dolar AS, Rupiah Malah Libas Mata Uang Eropa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 June 2020 16:58
An employee shows fifty-euro notes in a bank in Sarajevo, March 19, 2012. REUTERS/Dado Ruvic)
Foto: Mata uang Euro (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (15/6/2020). Tetapi berhadapan dengan mata uang Eropa, rupiah masih berjaya.

Berdasarkan data Refinitiv, melawan dolar AS, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di level Rp 14.050/US$, sama persis dengan penutupan Jumat (12/6/2020) pekan lalu.

Berbeda dengan dolar AS, perdagangan rupiah melawan euro dan poundsterling masih berlangsung. Rupiah sempat menguat 0,36% ke Rp 15.754,29/EUR, sebelum diperdagangkan di level Rp 15.810,47/EUR, menguat tipis nyaris stagnan pada pukul 15:47 WIB.

Sementara melawan poundsterling, rupiah sempat melesat 1,91% ke Rp 17.575,77/GBP, sebelum terpangkas hingga tersisa 0,1% ke Rp 17.600,44/GBP sore ini. 

Data dari dalam negeri yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada bulan Mei neraca dagang Indonesia mengalami surplus US$ 2,09 miliar. Surplus tersebut terjadi akibat kemerosotan impor yang lebih tajam ketimbang ekspor.

Nilai impor pada bulan mencapai US$ 8,44 miliar. Nilai impor ini anjlok hingga 42,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau secara year-on-year (YoY). Kontraksi ekspor tersebut menjadi yang terdalam sejak tahun 2009.

Sementara, pada periode yang sama nilai ekspor mencapai US$ 10,53 miliar atau turun 28,95% YoY. Penyebabnya ekspor migas turun 42,74% dan ekspor non migas turun 27,81%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi (tumbuh negatif) -19,015%. Sementara impor turun lebih dalam yaitu -24,55% sehingga neraca perdagangan diproyeksikan surplus US$ 405,85 juta.

Kontraksi ekspor dan impor yang dalam tersebut bukan kabar bagus, malah menunjukkan penurunan tajam aktivitas ekonomi.
Tetapi di sisi lain, surplus yang dicapai dapat memperbaiki defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) di kuartal II-2020. Defisit CAD yang menurun artinya keluarnya

Pada 20 Mei lalu, Bank Indonesia (BI) lalu melaporkan CAD di kuartal I-2020 setara dengan 1,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,8% PDB. Defisit tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal II-2017.

Transaksi Berjalan menjadi faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial, komponen Neraca Pembayaran Indonesia lainnya, yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Akibat CAD yang besar, pergerakan rupiah menjadi sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa.

Ketika CAD menurun maka pasokan devisa di perekonomian nasional semakin membaik, dan amunisi BI untuk menstabilkan rupiah menjadi lebih besar. Hal itu bisa memberikan kepercayaan bagi pelaku pasar terhadap stabilitas nilai tukar rupiah, dan tentunya lebih merasa nyaman berinvestasi di Indonesia.
Tetapi, pelaku pasar sedikit waspada akan risiko penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua yang menerpa China dan Amerika Serikat.

Di China, Beijing mencatat penambahan jumlah kasus positif Covid-19 2 digit. Kluster baru penyebaran virus corona diduga berasal dari sebuah pasar tradisional, Xinfadi, yang juga pasar terbesar di ibukota China tersebut.

Sejak pertama kali ditemukan pasien positif pada Jumat (12/6/2020) lalu, jumlah kasus positif di Beijing kini mencapai 79 orang.

Di AS, kecemasan yang sama juga terjadi. US Centers of Disease Control and Prevention melaporkan, jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya per 13 Juni adalah 2.038.344 orang. Bertambah 22.317 orang dibandingkan posisi hari sebelumnya dan merupakan kenaikan harian tertinggi sejak 7 Juni.

Akibat adanya risiko Covid-19 gelombang kedua, pelaku pasar bermain aman dengan masuk ke aset safe haven seperti dolar AS. Sehingga rupiah berakhir stagnan pada hari ini. Tetapi melawan euro dan poundsterling, Mata Uang Garuda masih berjaya.

Pergerakan tersebut menunjukkan sentimen terhadap rupiah masih positif saat ini.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular