Industri Baja Tertekan, Ini Pesan Kementerian BUMN untuk KRAS

Monica Wareza, CNBC Indonesia
15 June 2020 14:51
FILE PHOTO: An employee walks past columns of steel as she works at a steel production factory in Wuhan, Hubei province, August 2, 2012. REUTERS/Stringer/File Photo.   CHINA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN CHINA.
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengharapkan agar industri baja Indonesia, terutama yang dijalankan oleh PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) terus melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Pasalnya, industri ini merupakan induk dari semua industri (mother of industry) yang memiliki dampak besar kepada industri hilir di bawahnya.

Wakil Menteri BUMN I Budi Gunadi Sadikin mengatakan untuk meningkatkan efisiensi tersebut pemerintah telah bekerja sama memberikan insentif penurunan harga gas industri, salah satunya untuk industri baja.

"Industri ini adalah bisnis yang memang harus dijalankan dengan efisien dan efisien menentukan competitiveness terutama untuk industri secara global. Baja adalah salah satunya sehingga kebijakan apapun pemerintah di hulu kita harus terus menerus melakukan efisien agar seluruh angka rasio produktivitas secara global tetap kompetitif," kata Budi dalam webinar, Senin (15/6/2020).

Dia menyebutkan, dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas ini perusahaan dinilai lebih mampu menghadapi kondisi yang tengah berfluktuasi. Baik karena volatilitas harga hingga kondisi tak menentu seperti pandemi saat ini.

"Untuk semua pemain di industri baja apapun yang terjadi di hulu bukan justifikasi kita tidak boleh terlambat memperbaiki produktivitas dan efisiensi. Itu harus dilakukan agar memastikan produktivitas dan efisiensi internal adalah yang terbaik di dunia karena itu akan membuat perusahaan akan terus sustain ke depan," jelasnya.

Menurut Budi, pemberian relaksasi harga gas industri menjadi US$ 6 dolar per juta metrik british thermal unit (MMBTU) ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing dan menjadi industri yang paling efisien di dunia.

Sejalan dengan itu, Asisten Deputi Bidang Industri Energi, Minyak, dan Gas Kementerian BUMN Abdi Mustakim mengatakan bahwa biaya energi untuk industri di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.

Untuk itu produsen baja sebaiknya mengkalkulasikan lebih lanjut mengenai berapa besar pengaruh biaya tersebut terhadap daya saing di industri yang sama.

"Tarif kita masih di bawah yang lain, dampak biaya energi, gas dan listrik terhadap industri baja harus dikalkulasi, apa yang pengaruhnya besar terhadap daya saing. Apa listrik dan gas nomor satu atau berapa," tegasnya di kesempatan yang sama.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emiten BUMN Dikabarkan akan Buyback Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular