
Laris Manis, 4 Negara Ini Bakal Pesan Vaksin Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan farmasi asal Inggris yang tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange, AstraZeneca PLC, tengah dalam pembicaraan dengan beberapa negara soal pemesanan vaksin corona (Covid-19) milik perusahaan yang potensial diproduksi setelah perusahaan siap mempublikasikan hasil dari tes tahap pertama.
Chief Executive Officer (CEO) AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan beberapa negara yang melakukan negosiasi tersebut di antaranya Jepang, Rusia, Brasil, dan China.
Regulator Inggris, Badan Pengawas Obat-Obatan dan Produk Kesehatan (Medicines and Healthcare products Regulatory Agency/MHRA) juga telah menyetujui dimulainya uji coba fase III vaksin perusahaan setelah penelitian menunjukkan adanya kemanjuran dan keamanan atas vaksin milik AstraZeneca.
Pernyataan Soriot ini juga muncul setelah AstraZeneca berkomitmen memberikan 400 juta dosis vaksinnya ke negara-negara Eropa. Kesepakatan suplai vaksin tersebut kepada negara-negara itu menjadi kabar terbaru di tengah pemerintah negara-negara di seluruh dunia berebut untuk mendapatkan akses ke obat untuk memerangi pandemi Covid-19.
Dia mengatakan, Belanda, Italia dan Jerman juga akan memainkan peran besar dalam upaya pembuatan obat guna memerangi pandemi di Eropa.
![]() CEO AstraZeneca Pascal Soriot/doc.AstraZeneca |
Dilansir Reuters, Soriot mengatakan perusahaan berharap sudah bisa mendapatkan kepastian soal rilisnya vaksin pada akhir musim panas ini dengan mempertimbangkan jika vaksin, yang katanya akan menelan biaya beberapa dolar per dosis ini, akan bekerja mengobati Covid-19.
Sebelumnya, manajemen AstraZeneca menegaskan berencana memproduksi 2 miliar dosis vaksin virus corona (Covid-19), termasuk 400 juta untuk AS dan Inggris, serta 1 miliar untuk masyarakat di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Soriot, melalui telepon kepadaCNBC International, mengatakan perusahaan berencana mulai mendistribusikan vaksin ke AS dan Inggris pada September atau Oktober mendatang, dengan kesiapan pengiriman secara stabil pada awal 2021.
AstraZeneca mengatakan telah menandatangani perjanjian lisensi dengan Serum Institute of India untuk mengirim 1 miliar dosis kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana 400 juta di antaranya akan dikirimkan pada akhir tahun 2020.
Vaksin, bernama AZD1222, pada awalnya dikembangkan oleh Universitas Oxford di Inggris dan AstraZeneca bekerjasama dengan mitra industri farmasi untuk memproduksi dan mendistribusikan obat
AstraZeneca adalah perusahaan farmasi yang merupakan hasil merger dari perusahaan Swedia Astra AB dan perusahaan Britania, Zeneca Group PLC.
Soriot mengatakan distribusi vaksin itu tergantung pada uji klinis yang berlangsung pada Agustus mendatang. Uji klinis dan pembuatan vaksin akan dilakukan secara bersamaan, yang merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk industri farmasi karena risiko memproduksi obat corona yang mungkin tidak berfungsi.
Indonesia
Namun di Indonesia, harapan masyarakat untuk bisa hidup 'real normal' seperti sebelum masa Covid-19 melanda masih harus menunggu waktu. Juru Bicara Pemerintah Khusus untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan hingga kini belum ada tanda-tanda vaksin bisa segera ditemukan.
"Kita harus maklumi bahwa vaksin yang kita dan seluruh dunia harapkan belum menemukan titik terang. Belum pasti kapan diproduksi vaksin secara massal dan dijadikan standar bagi seluruh dunia untuk beri kekebalan bagi kita semua, supaya kita nggak khawatir terinfeksi," kata Yurianto di gedung BNPB, Jakarta, Sabtu (6/6).
Ia menyadari bahwa keberadaan vaksin sangat ditunggu oleh seluruh dunia. Vaksin diyakini dapat membuat kondisi lebih baik. Namun, Yurianto kembali mengingatkan bahwa vaksin bukan satu-satunya cara demi menghindari infeksi Covid-19. Protokol kesehatan menjadi hal wajib yang harus diterapkan oleh setiap masyarakat agar bisa terhindari kena infeksi Covid-19.
"Pertama menjaga jarak, tidak hanya 1,5 meter namun lebih sekitar 2 meter. Kita nggak pernah tahu sekitar kita siapa yang sakit siapa yang nggak. Dari data yang kita himpun, hampir 80% tidak mempunyai gejala apapun keluhan apapun. Sehingga yang bersangkutan merasa sehat dan tidak merasa membawa virus dan baik-baik aja," katanya.
"Menjaga jarak itu sekarang harus jadi kebiasaan kita. Kemudian kita harus lindungi kita dengan masker. Sudah seharusnya semua orang manakala di luar rumah gunakan masker. Ini risiko yang bisa dikendalikan terutama di sekitar orang nggak dikenal," papar Yuri.
(tas/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sama-sama Bikin Vaksin Corona, AstraZeneca & Gilead Merger?
