
Rights Issue V Bukopin, Pertarungan Kookmin vs BNI?

Jakarta, CNBC Indonesia- Meskipun diterpa isu likuiditas, namun ternyata sejumlah investor lembaga keuangan mengincar PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) untuk diakuisisi. Dasarnya, adalah valuasi Bukopin cukup murah, bahkan termurah di peer group.
Sejumlah investor ini rencananya akan mengambil saham Bukopin melalui Penawaran Umum Terbatas alias rights issue kelima yang rencananya akan digelar dalam waktu dekat ini.
Investor pertama yang mengincar saham Bukopin adalah Kookmin Bank asal Korea Selatan. Sumber CNBC Indonesia pernah bercerita Kookmin telah menyatakan kesediaan untuk menyerap rights issue kelima di harga Rp 250. Meski demikian, pemegang saham yang lain melihat harga tersebut belum optimal karena nilai buku Bukopin masih di atas Rp 700.
"Harga exercise belum final, tapi mungkin kisaran harga di Rp 250 sampai Rp 350," ujar sumber tersebut.
Kookmin Bank saat ini telah menggenggam kepemilikan di Bukopin hampir 22%, setelah masuk sebagai standby buyer pada rights issue IV pada 2018 lalu. Kala itu, Kookmin Bank menyuntikan modal sebesar Rp 1,46 triliun.
Keinginan Kookmin Bank untuk menyerap rights issue tersebut membuat peluang raksasa finansial Korea ini menjadi pemegang saham pengendali di Bukopin. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun telah menyiapkan karpet merah bagi Kookmin.
"Kami mendukung rencana tersebut dan akan segera memproses penyesuaian kepemilikan PT Bank Bukopin sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan," tulis OJK dalam siaran pers yang disampaikan oleh Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK, belum lama ini.
Meski demikian, pandemi virus corona (covid-19) menjadi tantangan rencana akuisisi Bukopin oleh Kookmin Bank. Seorang sumber yang lain mengatakan sebenarnya Kookmin Bank meminta agar rights issue digelar setelah Pandemi Corona selesai. Apalagi Kookmin Bank membutuhkan waktu untuk mengajukan perizinan kepada Financial Service Commision (FSC) Korea, yang merupakan otoritas pengawasan bank.
Investor lain yang dikabarkan akan mengakuisisi Bukopin adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), bank terbesar keempat di Indonesia. Rencana ini sebenarnya sudah lama, karena BNI ingin mengakselerasi pertumbuhan aset lewat aksi korporasi anorganik.
Sumber ketiga CNBC Indonesia mengatakan bahwa BNI sebenarnya sudah mengetahui isi buku dari Bukopin yang dinilai "sangat menarik". Salah satu yang dinilai menarik adalah bisnis pensiunan dari Bukopin, yang merupakan salah satu terbesar di antara bank swasta.
Wajar karena Bukopin merupakan salah satu penyalur dana Taspen kepada pensiunan PNS. Sebagian besar dari nasabah pensiunan tersebut pun telah dimonetisasi menjadi kredit pensiunan. "Ini kredit yang sangat aman karena sistemnya potong uang pensiunan," ujar sumber pertama.
Salah satu yang menjadi keunggulan BNI bila mengakuisisi saham Bukopin adalah BNI akan turut mengendalikan saham yang saat ini dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Saat ini pemerintah menggenggam kepemilikan sebesar 8,9%.
Berapa pun saham yang diserap oleh BNI dalam rights issue V Bukopin, itu masih ditambah dengan saham milik pemerintah yang sudah ada sebelumnya. Keunggulan ini yang tidak dimiliki oleh pihak swasta lainnya bila ingin mengakuisisi saham Bukopin
Pihak BNI belum memberikan respons terkait dengan informasi akuisisi tersebut. Meski demikian, BNI saat ini telah memberikan dukungan technical assistance dalam bidang Treasury Management kepada Bukopin. Kerja sama ini merupakan inisiatif dari manajemen dari Bukopin.
Sebelumnya, Direktur Operasi & TI Bank Bukopin, Adhi Brahmantya mengatakan, kerjasama technical assistance di bidang treasury management berupa antara lain pelatihan SDM, penyusunan kebijakan perusahaan, konsultansi dan advisory, diharapkan menjadi langkah positif dalam mengembangkan bisnis Bank Bukopin.
Valuasi yang murah
Selama 2 tahun terakhir, Bukopin memang masih melakukan konsolidasi pasca skandal laporan keuangan pada 2018 lalu. Kala itu, Bukopin melakukan pencadangan yang cukup besar karena melakukan restatement laporan keuangan akibat manipulasi data kartu kredit. Alhasil, laba Bukopin pun tergerus dibandingkan tahun-tahun sebelum 2018.
Selain itu, kredit bermasalah (net performing loan/NPL) bruto pun meningkat menjadi 8,54% pada akhir 2017 yang membuat Bukopin juga mencadangkan sebagian besar laba. NPL saat ini sudah semakin membaik dengan posisi 5,33% di kuartal I-2020.
Sumber CNBC yang pertama menceritakan bahwa konsolidasi ini berlangsung cukup lama karena Bukopin tak memiliki pemegang saham pengendali (PSP) yang kuat. Bahkan sang PSP, yakni Bosowa Corporindo milik keluarga Aksa Mahmud, tak menyuntikkan dana pada rights issue IV pada 2018 lalu. Padahal, kala itu Bukopin sangat membutuhkan suntikan modal.
"Bagi bank yang memiliki PSP yang kuat tentu konsolidasi akan selesai lebih cepat dan akhirnya mencetak laba yang akan kembali lagi kepada PSP," jelasnya.
Karena Bosowa tidak mengexercise rights issue IV, manajemen Bukopin pun bergerilya mencari investor strategis baru. Dari berbagai pilihan kala itu, Kookmin Bank yang cukup serius. Entitas ini kemudian menjadi standby buyer dengan mengelontorkan Rp 1,46 triliun dan menghasilkan kepemilikan hampir 22%.
Harga exercise rights rights issue IV di harga Rp 570, setara dengan 0,7X nilai buku (price to book value) Bukopin kala itu. Ilustrasi sederhana PBV ini, Kookmin Bank hanya mengeluarkan dana 70 untuk menguasai saham dengan valuasi 100.
Dibandingkan dengan peer groupnya, akuisisi Kookmin kala itu sangat murah. Karena akuisisi bank BUKU III dengan aset Rp 100 triliun masih mencatatkan harga dengan PBV di atas 1 kali.
Nah, kali ini Bukopin akan menggelar rights issue V dengan menerbitkan 4,66 miliar saham baru. Bila harga exercise di kisaran Rp 250 sampai Rp 350, maka harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan dengan harga rights issue IV. Nilai tersebut masih di bawah 0,5X PBV Bukopin, dan menjadi termurah untuk akuisisi bank dengan modal di atas Rp 8 triliun dan aset di atas Rp 100 triliun.
Ini tentu harga yang menarik bagi entitas siapa pun yang mengakuisisi Bukopin. Namun, siapa yang jadi mengakuisisi Bukopin, kita tunggu saja!
(dob/roy) Next Article Outlook KB Bukopin 2021: DPK Tumbuh 40%, Aset 23%