Analisis Teknikal

Simak! Begini Arah Pergerakan Emas Sepekan ke Depan

Haryanto, CNBC Indonesia
14 June 2020 16:00
Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot pada perdagangan sepekan ini menguat di tengah kekhawatiran prospek ekonomi dunia akibat lonjakan jumlah kasus terinfeksi Covid-19. Hal itu diyakini bisa membahayakan proses pemulihan ekonomi setelah dibukanya kembali aktivitas perekonomian.

Sepekan kemarin harga emas dunia naik US$ 44,54 atau 2,64% menjadi US$ 1.729,77/troy ons pada penutupan hari Jumat (12/6/2020) atau Sabtu pagi waktu Indonesia dari US$ 1.685,23 pada penutupan perdagangan Jumat lalu (5/6/2020), mengacu data Refinitiv.

Kenaikan harga emas spot dunia tersebut terjadi setelah Bank Sentral AS (Federal Reserve/ The Fed) memberikan proyeksi ekonomi yang suram di tengah kenaikan jumlah pasien Covid-19 pascapelonggaran karantina wilayah (lockdown).

Data Johns Hopkins University menunjukkan angka pengidap virus corona (strain terbaru) meningkat di beberapa negara bagian seperti Arizona, South Carolina dan Texas. Secara total, pengidap Covid-19 di AS mencapai lebih dari 2 juta, dengan 100.000 orang lebih meninggal.

Sebagaimana dilaporkan AP, Texas mencatatkan tiga rekor tertinggi pasien Covid-19. Sembilan wilayah di California juga melaporkan kenaikan kasus corona dan juga jumlah pasien yang terkonfirmasi terkena virus berbahaya tersebut.

Secara bersamaan, suku bunga acuan ditahan hingga 2022. Hal itu memicu pertanyaan perihal efektivitas kebijakan itu membantu mengangkat outlook ekonomi yang suram tersebut. Ketika investor khawatir dengan prospek ekonomi dunia, maka emas sebagai aset lindung nilai (hedging) pun diburu.

Penguatan harga emas juga seiring dengan indeks volatilitas Chicago Board Options Exchange (CBOE) VIX, yang dikenal dengan nama 'indeks rasa takut' (fear index) yang pada perdagangan sepekan ini naik 47,18% menjadi 36,09 pada Jumat kemarin (12/6/2020) dari 24,52 di Jumat lalu (5/6/2020).

Hal tersebut menunjukkan nilai volatilitas pasar atau kondisi risiko pasar keuangan global kembali tinggi. Salah satu indikatornya, yaitu indeks volatilitas pasar keuangan AS (Volatility Index/VIX).

Tingginya volatilitas pasar mengakibatkan investor enggan untuk masuk ke pasar aset berisiko maupun aset dengan imbal hasil (yield) dan cenderung memilih instrumen safe haven seperti emas.

Sentimen positif harga emas juga  didukung oleh stimulus besar-besaran di sejumlah negara dan kemungkinan pelonggaran moneter lebih lanjut oleh beberapa bank sentral di seluruh dunia guna memerangi Covid-19.

Langkah-langkah stimulus besar-besaran cenderung mendukung harga emas, yang sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang. Emas adalah investasi yang menarik selama periode ketidakpastian politik dan ekonomi.

Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi stimulus tersebut akan berdampak pada emas dalam jangka panjang. Ia mengatakan pelaku pasar belum paham sepenuhnya bagaimana dampak kebijakan bank sentral dan pemerintah di berbagai negara ke pasar finansial.

"Dari perspektif investasi emas, ini bukan mengenai apa yang terjadi hari ini, besok, atau bulan depan, tetapi apa yang akan terjadi 6 sampai 12 bulan ke depan atau lebih dari itu," kata Hansen, sebagaimana dikutip Kitco.

Hansen memprediksi di akhir tahun ini harga emas berada di US$ 1.800/troy ons, kemudian mencetak rekor tertinggi di 2021, dan dalam jangka panjang berada di atas US$ 4.000/troy ons.

Fundamental untuk kenaikan harga emas masih memungkinkan, lalu bagaimana dengan proyeksi harga emas secara teknikal selama seminggu ke depan?

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

Pergerakan harga emas dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, emas bergerak menuju area support, dengan garis BB yang terlihat menyempit, artinya pergerakan cenderung untuk stabil atau sideway.

Sementara indikator Fibonacci Retracement yang menggunakan tren line atau garis tren, dengan level-level yang dijadikan sebagai area acuan atau referensi dalam menentukan area support dan resistance. Saat ini berada di area 61,8% fibo, melalui penarikan garis dari harga tertinggi ke harga terendah periode bulanan.

Untuk melanjutkan penguatan emas perlu melewati level resistance di area US$ 1.750/troy ons hingga US$ 1.765/troy ons. Namun jika mengacu dari pergerakan grafik yang lebih dekat ke area 50% fibo, maka emas cenderung untuk koreksi mencoba menyentuh support terdekat di area US$ 1.717/troy ons atau area 50% fibo hingga area US$ 1.706 yang sekaligus area 38,2% fibo.

Sementara itu, indikator Stochastic yang digunakan sebagai area jenuh beli (overbought) di level 80 dan area jenuh jual (oversold) di level 20. Emas saat ini mendekati area jenuh jual, namun belum berada di level 20, sehingga pergerkan masih berpotensi untuk terkoreksi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang semakin menyempit dan mencoba untuk menyentuh level 50% fibo, maka pergerakan emas berpotensi untuk bearish dalam jangka pendek.

Kendati demikian selama harga emas tidak berada di bawal level psikologis US$ 1.700/troy ons, pergerakan untuk jangka menengah masih akan bullish.

Emas perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

Oleh karena itu, setelah penguatan selama seminggu terakhir emas berpotensi untuk terkoreksi dalam jangka pendek, namun untuk jangka menengah dan jangka panjang prospek untuk menguat lebih lanjut sangat memungkinkan, terutama jika harga emas tidak bermain di bawah level psikologis.

Rentang harga perdagangan selama sepekan ke depan, harga emas diperkirakan bergerak di kisaran US$ 1.700/troy ons hingga US$ 1.750/troy ons.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular