Pekan Ini Emas Berkilau, tapi Masih Dapat Ancaman Dolar AS

Market - Chandra Dwi, CNBC Indonesia
03 July 2021 13:30
Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas pada perdagangan pekan ini masih menguat, walaupun penguatannya cenderung menurun dari pekan sebelumnya.

Pada pekan ini, harga emas dunia menguat 0,36%. Pada perdagangan Jumat (2/7/2021) kemarin, harga emas tercatat menguat 0,57% ke level 1.786,79/troy ons.

Namun dalam sebulan terakhir, harga emas anjlok 5,07% secara point-to-point. Sementara sejak awal 2021, koreksinya mencapai 6,37%.

Dolar Amerika Serikat (AS) yang sedang kuat-kuatnya membuat emas berisiko berbalik melemah. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat nyaris 3%.

"Harga emas sedang dalam tren bearish. Untuk membalik tren ini, dibutuhkan beberapa kali penembusan di atas US$ 1.800/troy ons," kata Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco Metals, seperti dikutip dari Reuters.

Tren bearish yang dialami emas tidak lepas dari kecenderungan bullish dolar AS. Kedua aset ini punya hubungan berbanding terbalik. Saat dolar AS menguat, maka harga emas melemah, demikian pula sebaliknya.

Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dengan dolar AS. Ketika dolar AS mengalami apresiasi, maka emas jadi lebih mahal buat investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas turun, harga pun mengikuti.

Sementara itu dari data tenaga kerja AS, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja, sebanyak 850.000 lapangan pekerjaan tersedia pada bulan lalu (Juni).

Angka ini jauh melampaui ekspektasi ekonom dalam survey Dow Jones yang memperkirakan angka 706.000. Pada Mei lalu, angkanya hanya 559.000 unit.

Tak hanya itu, tingkat pengangguran juga berada di angka 5,9%, atau lebih tinggi dari ekspektasi. Gaji juga naik 0,3% secara bulanan, dan sebesar 3,6% secara tahunan atau sesuai dengan ekspektasi pasar.

Data dari beberapa bulan, tulis Biro tersebut dalam laporannya, menandakan bahwa kenaikan permintaan tenaga kerja terkait dengan pemulihan dari pandemi kemungkinan membuat gaji meningkat.

"Ini laporan yang kuat dan seharusnya diterima sebagai tanda bahwa segalanya mulai meningkat di pasar tenaga kerja," tutur Wakil Kepala Ekonom Aberdeen Standard Investments James McCann dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Emas Diramal Cetak Rekor 2021, Ini Saran Ahli Investasi


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading