
Pekan Konsolidasi, Rupiah Kembali Terlempar ke Level 14.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini menjadi periode konsolidasi bagi rupiah, yang terdepresiasi di tengah sentimen negatif kenaikan jumlah pengidap virus Covid-19 dan berkurangnya aliran dana asing yang masuk (capital inflow).
Berbeda dari pekan lalu di mana rupiah menguat 4,97% ke Rp 13.850 per dolar AS, pekan ini Mata Uang Garuda menghadapi kenyataan harus terkoreksi sebesar 1,55% secara mingguan ke level Rp 14.065 per dolar AS.
Pekan lalu rupiah menguat nyaris 5%, mengakhiri perdagangan di level Rp 13.850/US$. Untuk pertama kalinya rupiah kembali merasakan zona hijau secara YTD sejak 25 Februari, menjadi satu dari 6 mata uang di Asia yang menguat melawan dolar AS.
Namun pekan ini, secara tahun berjalan rupiah terhitung melemah sebesar 1,33% jika dibandingkan dengan posisi akhir 2019 di level Rp 13.880 per dolar AS. Secara bulan berjalan (month to date/MTD) rupiah masih terhitung menguat 3,5% dari level 14.575 pada 29 Mei 2020.
Koreksi terjadi di tengah kenaikan jumlah pengidap infeksi Covid-19, seperti yang terjadi pada Selasa (9/6/2020) dengan tambahan kasus baru sebanyak 1.042 kasus dan Rabu (10/6/2020) sebanyak 1.241 kasus.
Hal ini memicu kekhawatiran bahwa wilayah di Indonesia yang memasuki masa transisi menuju situasi normal baru (new normal) bakal membatalkan rencana tersebut sehingga mengaburkan harapan akan adanya pemulihan kembali perekonomian.
Saat ini, total penderita Covid-19 mencapai 35.295 orang. Dari jumlah itu, 12.636 orang dinyatakan sembuh dan 2.000 orang lainnya meninggal
Di pasar saham, juga terjadi outflow yang cukup besar. Berdasarkan data RTI, sepanjang pekan ini investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp 1,74 triliun atau berbalik dari posisi beli bersih (net buy) sebesar Rp 3,45 triliun pekan lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Ini Penyebab Rupiah Keok ke Rp 14.800/US$