Melemah 2 Hari Beruntun, Rupiah Mulai Kehabisan 'Bensin'?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 June 2020 06:30
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Namun mengapa laju rupiah menjadi terhambat dalam dua hari terakhir? Masalahnya bukan di 'bensin', tetapi 'medan' yang dihadapi memang sedang berat. Jalannya mendaki, berkelok-kelok, berbatu pula.

Pasar keuangan global sedang dilanda kegamangan. Penyebabnya apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, per 10 Juni jumlah pasien yang positif mengidap virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini mencapai 7.145.539 orang. Dari Jumlah tersebut, 408.025 orang meninggal dunia.

Memang benar bahwa penyebaran virus corona mulai melambat. Dalam 14 hari terakhir, jumlah kasus corona di seluruh dunia bertambah 1,9% per hari. Melambat dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 1,98% per hari.

Perlambatan penyebaran virus corona membuat banyak negara telah dan akan melonggarkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Masyarakat kembali diperbolehkan beraktivitas, tetapi dengan rambu-rambu protokol kesehatan. Dunia memasuki hidup normal yang baru (new normal).

Namun seiring pelonggaran social distancing, intensitas interaksi dan kontak antar-manusia meningkat. Ini menyebabkan risiko penularan virus kembali terbuka. Datanglah kecemasan terhadap risiko gelombang serangan kedua (second wave outbreak).

"Kita kita bicara soal gelombang serangan kedua, biasanya terjadi beberapa bulan setelah serangan pertama. Itu mungkin yang akan dihadapi oleh banyak negara dalam bulan-bulan ke depan," tegas Dr Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, seperti dikutip dari Reuters.

Kini, kekhawatiran itu tidak hanya menyelimuti para praktisi kesehatan. Pelaku pasar pun sudah merasakan hal serupa.

"Pasar sebelumnya telah menjalani reli karena melihat kita bisa melalui krisis ini situasi akan membaik. Namun ada satu hal yang bisa mengubah semuanya yaitu jika kita sampai mengalami gelombang serangan kedua. itu menjadi sebuah ketakutan yang besar," kata Sean O'Hara, Presiden Pacer ETF Distributors yang berbasis di Pennsylvania, seperti dikutip dari Reuters.

(aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular