
Penjualan Rokok Ambles, Apa Dampaknya ke Bisnis Gudang Garam?

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah pabrik rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yakni pabrik Rungkut 2, Surabaya, Jawa Timur, terpapar Covid-19 yang menyebabkan sekitar 65 pekerja positif Covid-19, emiten rokok lainnya pun mengantisipasi agar tidak terjadi hal yang sama guna memutus rantai penyebaran.
Salah satu raksasa rokok lainnya di Indonesia yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM), perusahaan yang berdiri sejak tahun 1958 di kota Kediri, Jawa Timur, juga mengantisipasi.
Perseroan bahkan menegaskan mengalami dampak pandemi terutama dalam hal proyeksi pendapatan dan laba bersih saat pandemi.
"Ya, berdampak pada penghentian operasional sebagian, periode sekitar 1-3 bulan," kata Heru Budiman, Corporate Secretary Gudang Garam, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dilansir Rabu (10/6/2020).
Dari sisi jumlah karyawan, dia menjelaskan jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 mencapai 32.491 orang, hingga saat ini menjadi 32.308 atau berkurang 183 orang. Namun tidak ada karyawan PHK (pemutusan hubungan kerja), dirumahkan atau terkena dampak status lain misalnya dipotong gajinya 50%.
Hanya saja, perseroan memprediksi penurunan total pendapatan (konsolidasi) untuk periode yang berakhir per 31 Maret 2020-30 April 2020 (dapat menggunakan proforma) dibandingkan periode yang berakhir per 31 Maret 2019-30 April 2019 sekitar 25%, demikian pula dengan prediksi penurunan laba bersih 25%.
"Sekalipun hasil laporan keuangan konsolidasian per 31 Maret 2020 belum menunjukkan penurunan pendapatan penjualan maupun laba, volume penjualan perseroan sudah mengalami penurunan dibanding tahun 2019 akibat kenaikan cukai yang cukup tinggi di tahun 2020 serta daya beli masyarakat yang cenderung lesu," katanya.
Dia mengatakan pandemi Covid-19 membuat tantangan semakin berat karena daya beli masyarakat tertentu makin tertekan yang akan berdampak terhadap permintaan produk perseroan. Dari April hingga saat ini, volume penjualan terlihat menunjukkan penurunan yang lebih tajam.
"Perseroan berupaya memastikan kepatuhan terhadap protokol-protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan World Health Organization (WHO)," jelasnya.
"Perseroan memfasilitasi rapid test bagi karyawan distribusi terutama yang berhadapan langsung dengan pelanggan. Bagi karyawan yang bekerja dari rumah, perseroan menyediakan prasarana yang dibutuhkan agar karyawan tetap dapat melakukan pekerjaannya semaksimal mungkin," katanya.
Selain itu, perseroan bersiaga dan terus memantau situasi terkait Covid-19 dengan seksama.
"Setiap tahun kami menerapkan kebijakan Cuti Bersama dua kali untuk seluruh karyawan, yang pertama menjelang Idul Fitri dan yang kedua menjelang Natal / Tahun Baru. Pada umumnya periode masing-masing Cuti Bersama tersebut berlangsung untuk dua minggu."
Dia mengatakan dalam rangka upaya pemutusan rantai penyebaran Covid-19 dan menjalankan social distancing, Cuti Bersama menjelang Idul Fitri tahun 2020 efektif dimulai 1 Mei sampai dengan 27 Mei 2020 yang kemudian diperpanjang sampai dengan tanggal 3 Juni 2020 dan mulai bekerja kembali sejak 4 Juni 2020.
"Pelaksanaan cuti bersama tersebut telah diikuti dengan perencanaan pemenuhan persediaan Barang Jadi/Barang Siap Jual sehingga tidak mengganggu proses produksi. Perusahaan memastikan ketersediaan Barang Siap Jual di pasar akan tetap terpenuhi selama perusahaan melaksanakan Cuti Bersama tersebut."
"Di PT Surya Madistrindo, anak perusahaan yang merupakan distributor tunggal produk Perseroan, kunjungan ke pelanggan dikurangkan sebagai upaya pelaksanaan social distancing."
Dari sisi kinerja, laba bersih GGRm mampu menembus Rp 10,80 triliun sepanjang tahun lalu atau tumbuh 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yakni Rp 7,79 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Senin (30/3/2020) laba bersih bersih per saham (earnings per share) naik menjadi Rp 5.655 dari sebelumnya Rp 4.055. Kenaikan laba bersih itu seiring dengan pendapatan perusahaan yang juga naik 15,47% menjadi Rp 110,52 triliun dari sebelumnya Rp 95,71 triliun.
(tas/sef) Next Article Pandemi, Laba Gudang Garam Q3 Jeblok 22% Jadi Rp 5,65 T
