
Tsunami PHK Global, Giliran BP & Chevron Pangkas 15% Pekerja

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) belum berhenti, terutama di sektor migas global. BP, raksasa migas yang bermarkas di London, dan salah satu dari 4 besar perusahaan minyak terbesar dunia berencana memangkas sekitar 15% dari total pekerjanya.
Upaya efisiensi ini dilakukan guna bertahan di tengah dampak pandemi Covid-19 yang menghantam sektor migas dan menurunkan permintaan minyak dunia. Strategi ini juga sekaligus bagian dari rencana Chief Executive Officer (CEO) BP Bernard Looney untuk mengalihkan fokus bisnis utama dari migas ke energi terbarukan.
Looney mengatakan kepada karyawan dalam sebuah panggilan online secara global bahwa perusahaan yang berbasis di London dan berdiri sejak 1908 itu akan memangkas 10.000 pekerja dari total 70.100 saat ini.
"Kami sekarang akan memulai proses [efisiensi] di mana akan ada hampir 10.000 orang keluar dari BP - sebagian besar akan dilakukan pada akhir tahun ini," kata Looney dalam sebuah pernyataan, dilansir CNBC International, Selasa (9/6/2020).
Reuters sebelumnya juga melaporkan BP memang merencanakan adanya PHK, mengutip tiga sumber perusahaan.
Posisi yang akan terpengaruh dari efisiensi ini sebagian besar yakni posisi staf senior dan bukan staf operasional di garis depan. Langkah ini mengikuti pengumuman pada April lalu tentang rencana pengurangan alias efisiensi hingga 25% dalam hal pengeluaran di tahun 2020 setelah pandemi coronavirus membuat permintaan minyak ambles ke level paling parah yang belum pernah terjadi.
BP juga menegaskan langkah ini akan memberikan US$ 2,5 miliar biaya penghematan pada akhir 2021 melalui digitalisasi dan integrasi bisnis. Nilai penghematan itu setara dengan Rp 35 triliun (asumsi kurs Rp 13.900/US$).
Sumber Reuters, juga mengatakan pemangkasan pekerja juga merupakan bagian dari upaya Looney untuk membuat perusahaan minyak yang berusia 111 tahun lebih gesit saat beralih ke energi rendah karbon atau energi terbarukan.
"Itu [efisiensi] selalu menjadi bagian dari rencana menjadikan BP perusahaan yang lebih ramping, bergerak lebih cepat, dan lebih rendah karbon," kata Looney.
Bulan lalu, Looney mengumumkan perombakan besar-besaran dengan penunjukan manajemen senior, mengurangi separuh ukuran tim BP seiring dengan rencananya membentuk kembali struktur perusahaan yang lebih efektif.
Tak lama setelah menjabat pada Februari, CEO berusia 49 tahun ini mengatakan bahwa ia membentuk 11 divisi untuk "menemukan kembali" BP dan membongkar struktur tradisional lama yang didominasi oleh bisnis produksi migas dan divisi penyulingan, pemasaran dan perdagangan.
Selain BP, Chevron Corp, produsen minyak terbesar kedua di AS, pada bulan lalu mengatakan juga akan memangkas antara 10% dan 15% dari tenaga kerja globalnya sebagai bagian dari restrukturisasi perusahaan.
Royal Dutch Shell, juga diketahui telah memulai program pemangkasan sukarela.
Dari sisi perdagangan saham, saham BP yang tercatat di Bursa London (London Stock Exchange/LSE) dan New York Stock Exchange (NYSE) juga bergerak variasi.
Data CNBC mencatat, sahamnya BP di NYSE naik 1,4% di level US$ 28,08/saham pada perdagangan Senin (8/6) dengan kapitalisasi pasar US$ 94,8 miliar atau Rp 1.318 triliun. Di LSE, saham BP juga naik 1,57% di level 367,95 poundsterling.
(tas/sef) Next Article Duh! Kinerja Raksasa Migas Dunia Bakal Rontok, Separah Apa?
