
Bank Mandiri Restrukturisasi 323.617 Nasabah, Capai Rp 60,8 T

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mendukung program pemerintah dan regulator terkait dengan relaksasi kredit ke debitur yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19). Hingga 29 Mei, bank BUMN ini sudah melakukan restrukturisasi kepada 323.617 debitur perusahaan dengan nilai Rp 60,8 triliun.
Jumlah tersebut setara dengan 8% dari Baki Debet Mandiri. Baki Debet adalah besaran sisa pokok pinjaman pada waktu tertentu di luar bunga dan denda ataupun biaya penalti yang harus dibayarkan.
Dari jumlah tersebut, terdiri dari 72% debitur segmen UMKM dan mikro (small medium enterprise/SME) yang mencapai Rp 25,6 triliun dengan jumlah debitur 234.025. Kemudian dari wholesale (ritel grosir) sebanyak 74 debitor dengan nilai Rp 21,0 triliun, lalu retail loan sebanyak 89.518 debitur dengan nilai Rp 14.,2 triliun.
"Untuk menekan dampak pandemi Covid-19, Bank Mandiri juga mendukung upaya restrukturisasi debitur terdampak Covid-19," kata Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar, dalam konferensi pers kinerja kuartal I-2020, secara virtual di Jakarta, Senin (8/6/2020).
Dia mengatakan, pada triwulan I tahun 2020, di tengah pandemi corona, perseroan masih menunjukkan kinerja yang sehat. "Kami memproyeksikan dampak Pandemi COVID-19 tersebut baru akan terlihat pada pencapaian kinerja triwulan II 2020," kata Royke.
Royke juga menjelaskan, salah satu yang dilakukan Bank Mandiri untuk menghadapi efek pandemi terhadap bisnis adalah dengan menjaga kecukupan likuiditas, termasuk menerbitan obligasi rupiah sebesar Rp 1 triliun dan emisi global bonds US$ 500 juta, serta meningkatkan pengumpulan dana murah.
Mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 11/POJ.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian sebagai Kebijakan Countercyclical di tengah pandemi COVID-19, skema yang dilakukan Bank Mandiri untuk melakukan restrukturisasi debitur antara lain penundaan angsuran pokok dan bunga (grace period), perpanjangan tenor, dan perubahan angsuran.
"Kami terus memonitor perkembangan perekonomian nasional maupun global untuk menentukan langkah-langkah berikutnya," ujar Royke.
Sepanjang kuartal I-2020, Bank Mandiri masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 7,92 triliun, tumbuh 9,44% dibanding Maret 2019 yang tercatat Rp 7,23 triliun.
Capaian ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan berbasis biaya sebesar Rp 7,74 triliun di Maret 2020, tumbuh 23,95% dibanding Maret 2019 yang sebesar Rp 6,24 triliun.
Selain itu, kenaikan laba juga didorong oleh pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 14,20%, dari Rp 790,5 triliun pada Maret 2019 menjadi Rp 902,7 triliun di Maret 2020, dengan NPL gross (kredit bermasalah gross) terjaga di level 2,36%.
Portofolio kredit di segmen wholesale (bank only) sampai dengan Maret 2020 mencapai Rp 513 triliun atau tumbuh 17,92% YoY (year on year). Sementara pada segmen retail (bank only) sebesar Rp 273,1 triliun, tumbuh 9,47% secara tahunan.
Bank Mandiri juga memiliki konsistensi dalam mengembangkan segmen UMKM di mana Kredit UMKM hingga Maret 2020 mencapai Rp 89,2 triliun, tumbuh 6,90% secara yoy, kepada lebih dari 929.000 pelaku UMKM.
Untuk program Kredit Usaha Rakyat (KUR), selama tahun 2020 hingga Bulan Maret (YtD) , total KUR yang disalurkan mencapai Rp6,58 triliun, tumbuh 27,2% YoY dengan jumlah penerima sebanyak 79.060 debitur.
"Saat ini kami terus berupaya menjaga kualitas asset dan bisnis karena pandemi ini sangat berpotensi memberikan dampak bagi bisnis perseroan," ujar mantan Managing Director Treasury, Financial Institutions & Special Asset Management Bank Mandiri ini.
(tas/tas) Next Article Gelar RUPSLB 21 Oktober, Ini Bocoran Calon Dirut Mandiri