Internasional

AS-China Ribut, Emiten China Ini Malah Lancar IPO di Nasdaq

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 June 2020 15:35
Dada Founder and CEO, Philip Kuai, saat IPO di Nasdaq IPO 5 Juni 2020/Doc. Dada
Foto: Dada Founder and CEO, Philip Kuai, saat IPO di Nasdaq IPO 5 Juni 2020/Doc. Dada

Jakarta, CNBC Indonesia - Dada, perusahaan pengiriman bahan makanan dan perlengkapan rumah tangga asal China, akan bersaing di pasar Amerika Serikat setelah perusahaan berhasil mencatatkan saham perdana di Bursa Nasdaq, New York, pada 5 Juni 2020.

Perusahaan yang mendapat investasi dari Walmart ini sudah tercatat di National Association of Securities Dealers Automated Quotations (Nasdaq) pada Jumat (5/6/2020) dengan kode saham DADA, dan memiliki nilai kapitalisasi pasar US$ 3,5 miliar atau setara dengan Rp 49 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.007 per US$ 1).

Dalam sambutannya, pendiri dan CEO Philip Kuai mengatakan perseroan percaya diri dengan prospek bisnis jangka panjang bisnis Dada, yang sejauh ini mendapat keuntungan dari wabah Covid-19. Hadirnya Dada di pasar AS juga dapat menurunkan ketegangan sementara antara China dan AS.

"Kami sangat menyambut baik audit dan regulasi yang lebih baik," kata Kuai, dilansir CNBC Internasional. "Ketika seluruh lingkungan Anda sehat, kepentingan semua orang, (seperti) investor, konsumen, dan lainnya, (akan) dilindungi, dan pasar berkembang dengan cara yang sehat."


Seruan Kuai terkait dengan peningkatan regulasi muncul saat Kongres AS meninjau sebuah RUU yang bertujuan untuk menekankan agar perusahaan-perusahaan China berpotensi terdepak dari bursa saham AS, baik di Nasdaq maupun di New York Stock Exchange (NSYE) alias Wall Street.

Di tengah ancaman penerapan UU tersebut, beberapa perusahaan, seperti investor strategis Dada, yakni JD.com, kini mengejar pencatatan saham sekunder di Bursa Hong Kong sebagai cadangan jika AS menerapkan UU tersebut. UU ini akan memperketat emiten-emiten China di Wall Street untuk lebih transparan dan diaudit.

UU kian didorong untuk diwujudkan setelah AS dan China kian tegang, ditambah lagi sempat ada 'kejahatan' pasar modal yang dilakukan Luckin Coffee yang berbasis di Xiamen pada April lalu. Ini yang mendorong para pembuat undang-undang Amerika semakin menginginkan penerapan UU ini, menurut para analis.

Dada juga memahami potensi risiko sahamnya akan dihapus. Dalam prospektus penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), pihak Dada juga menambahkan bahwa mereka tidak akan mengesampingkan kegiatan pasar modal lainnya, tetapi menyatakan agak terlalu dini untuk mengomentari kemungkinan pencatatan ganda yang diberikan Nasdaq baru-baru ini.

Saham DADA dihargai US$ 16 per saham. Perseroan IPO dengan menawarkan sekitar 20% saham lebih akibat permintaan yang tinggi. Saham ditutup satu sen lebih rendah setelah hari pembukaan yang fluktuatif.

Aturan pemerintah untuk tinggal di rumah saja nyatanya meningkatkan permintaan jasa pengiriman atau delivery di banyak negara. Hal ini sejalan dengan para analis yang mengatakan kebiasaan konsumen yang akan tetap bertahan walaupun masa pandemi adalah berbelanja bahan makanan secara online.

Selama 3 bulan pertama tahun ini, Dada mengatakan ada 11,9 juta pelanggan aktif untuk pengiriman ritel berdasarkan permintaan, naik tajam dari setahun yang lalu yang hanya ada 7,1 juta pelanggan. Sementara, nilai pesanan rata-rata naik lebih dari 50% menjadi 149,5 yuan (US$ 21 atau Rp 294.000).


Platform teknologi Dada menghubungkan rantai supermarket besar di China dengan lebih dari 630.000 pekerja paruh waktu. Pelanggan dapat memesan melalui aplikasi.

Seperti banyak perusahaan baru, terutama perusahaan teknologi dari China, Dada masih tetap membakar uang. Perusahaan melaporkan kerugian operasi 1,7 miliar yuan (US$ 247 juta atau Rp 3,4 triliun) pada 2019, hampir 2 miliar yuan yang dilaporkan untuk 2018.

Namun pendapatan bersih naik dari lebih dari 60% selama periode waktu yang sama, dari 1,9 miliar yuan pada 2018 menjadi 3,1 miliar yuan pada 2019. Pada akhir Maret, perusahaan mengatakan memiliki lebih dari US$ 270 juta dalam bentuk tunai, setara kas, dan investasi jangka pendek.

Matthew Kennedy, ahli strategi pasar IPO senior di Renaissance Capital mengatakan setidaknya ada 8 perusahaan China telah go public di AS sejauh ini tahun ini, sesuai dengan tahun lalu. Kennedy menambahkan bahwa setidaknya empat perusahaan lagi yang sudah mengajukan IPO.

"Perusahaan-perusahaan Cina tampaknya tidak terpengaruh, berdasarkan aktivitas pengarsipan baru-baru ini," kata Kennedy dalam sebuah email kepada CNBC Internasional. Dia menambahkan perusahaan seringkali mulai merencanakan IPO mereka setidaknya satu atau dua tahun sebelumnya.

Meskipun analis mengatakan Hong Kong, London, dan bahkan China daratan akan menjadi tempat yang lebih menarik untuk pencatatan saham perdana, karena ada ketegangan meningkat dengan AS, afiliasi dengan Nasdaq atau NYSE masih memegang daya tarik bagi banyak perusahaan China.

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article OJK Minta IPO Nara Diulang Hingga 20 Maret 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular