
Inggris Dilanda Demo, Kurs Poundsterling Malah Hajar Dolar AS
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 June 2020 13:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah hingga pertengahan perdagangan Senin (8/6/2020), padahal di Inggris sedang terjadi demo besar.
Pada pukul 12:19 WIB, poundsterling menguat 0,32% ke US$ 1,2704, sementara melawan rupiah lebih tinggi lagi 0,34% ke Rp 17.596,43/GBP. Di awal perdagangan, poundsterling bahkan sempat menguat nyaris 1% ke Rp 17.070,98/GBP.
Reuters, pada Minggu kemarin, melaporkan sekitar 10 ribu orang turun ke jalan-jalan di kota London. Demo dilakukan untuk mengutuk kebrutalan oknum polisi AS atas kematian George Floyd di Minneapolis 25 Mei lalu. Beberapa demonstran bahkan mengenakan topeng wajah bertuliskan "Rasisme adalah virus".
Demo juga terjadi sebelumnya Sabtu (6/6/2020). Demo berujung bentrok pada malam hari, di mana 27 petugas terluka, dengan dua orang luka parah.
Di Bristol, Inggris bagian barat, demonstran juga merobohkan patung "Edward Colston". Ia adalah tokoh perdagangan budak yang dipuja tahun 1895 di negeri kerjaan itu.
Meski demikian, poundsterling masih tetap perkasa, salah satu sebabnya adalah mengecilnya kemungkinan diterapkan suku bunga negatif oleh bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).
Direktur Eksekutif BoE pada Kamis pekan lalu mengatakan tidak akan menerapkan suku bunga negatif dalam waktu dekat.
Kit Juckes, analis Societe Generale, mengatakan penguatan poundsterling melawan dolar AS hari ini 70% dipengaruhi kelegaan pelaku pasar saat mengetahui BoE tidak menerapkan suku bunga negatif dalam waktu dekat. Sementara 30% akibat dolar AS sedang tidak menarik bagi pelaku pasar, sebab muncul optimisme perekonomian global akan segera bangkit.
Data tenaga kerja AS yang dirilis Jumat lalu sangat apik, tetapi justru berdampak buruk bagi dolar AS.
Data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan sepanjang bulan Mei perekonomian AS mampu menyerap 2,5 juta tenaga kerja artinya ada perekrutan tenaga kerja kembali. Sementara hasil survei Reuters memprediksi akan ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 8 juta tenaga kerja.
Tingkat pengangguran juga menurun menjadi 13,3% dari sebelumnya 14,7%. Sementara hasil survei Reuters memprediksi tingkat pengangguran akan naik menjadi 19,8%.
Hasil tersebut sangat mengejutkan sekaligus memberikan optimisme jika perekonomian bisa segera bangkit dari keterpurukan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19), dan terhindar dari resesi panjang. Optimisme tersebut membuat pelaku pasar mengalirkan invetasinya ke aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi, dampaknya dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) menjadi tidak menarik.
Sementara itu melawan rupiah yang sedang perkasa, poundsterling mampu menguat akibat koreksi teknikal. Maklum saja, pada pekan lalu poundsterling melemah 2,52% ke Rp 17.538,26/GBP yang merupakan level penutupan perdagangan terendah dalam 8 bulan terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tunggu Sinyal Suku Bunga Negatif, Kurs Poundsterling Jeblok
Pada pukul 12:19 WIB, poundsterling menguat 0,32% ke US$ 1,2704, sementara melawan rupiah lebih tinggi lagi 0,34% ke Rp 17.596,43/GBP. Di awal perdagangan, poundsterling bahkan sempat menguat nyaris 1% ke Rp 17.070,98/GBP.
Reuters, pada Minggu kemarin, melaporkan sekitar 10 ribu orang turun ke jalan-jalan di kota London. Demo dilakukan untuk mengutuk kebrutalan oknum polisi AS atas kematian George Floyd di Minneapolis 25 Mei lalu. Beberapa demonstran bahkan mengenakan topeng wajah bertuliskan "Rasisme adalah virus".
![]() Protesters throw a statue of slave trader Edward Colston into Bristol harbour, during a Black Lives Matter protest rally, in Bristol, England, Sunday June 7, 2020, in response to the recent killing of George Floyd by police officers in Minneapolis, USA, that has led to protests in many countries and across the US. (Ben Birchall/PA via AP) |
Di Bristol, Inggris bagian barat, demonstran juga merobohkan patung "Edward Colston". Ia adalah tokoh perdagangan budak yang dipuja tahun 1895 di negeri kerjaan itu.
Meski demikian, poundsterling masih tetap perkasa, salah satu sebabnya adalah mengecilnya kemungkinan diterapkan suku bunga negatif oleh bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).
Direktur Eksekutif BoE pada Kamis pekan lalu mengatakan tidak akan menerapkan suku bunga negatif dalam waktu dekat.
Kit Juckes, analis Societe Generale, mengatakan penguatan poundsterling melawan dolar AS hari ini 70% dipengaruhi kelegaan pelaku pasar saat mengetahui BoE tidak menerapkan suku bunga negatif dalam waktu dekat. Sementara 30% akibat dolar AS sedang tidak menarik bagi pelaku pasar, sebab muncul optimisme perekonomian global akan segera bangkit.
Data tenaga kerja AS yang dirilis Jumat lalu sangat apik, tetapi justru berdampak buruk bagi dolar AS.
Data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan sepanjang bulan Mei perekonomian AS mampu menyerap 2,5 juta tenaga kerja artinya ada perekrutan tenaga kerja kembali. Sementara hasil survei Reuters memprediksi akan ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 8 juta tenaga kerja.
Tingkat pengangguran juga menurun menjadi 13,3% dari sebelumnya 14,7%. Sementara hasil survei Reuters memprediksi tingkat pengangguran akan naik menjadi 19,8%.
Hasil tersebut sangat mengejutkan sekaligus memberikan optimisme jika perekonomian bisa segera bangkit dari keterpurukan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19), dan terhindar dari resesi panjang. Optimisme tersebut membuat pelaku pasar mengalirkan invetasinya ke aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi, dampaknya dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) menjadi tidak menarik.
Sementara itu melawan rupiah yang sedang perkasa, poundsterling mampu menguat akibat koreksi teknikal. Maklum saja, pada pekan lalu poundsterling melemah 2,52% ke Rp 17.538,26/GBP yang merupakan level penutupan perdagangan terendah dalam 8 bulan terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tunggu Sinyal Suku Bunga Negatif, Kurs Poundsterling Jeblok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular