Selangkah Lagi Rupiah Bakal di bawah Rp 13.800/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 June 2020 12:25
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (8/6/2020), mendekati level Rp 13.800/US$. Data ekonomi dari internal dan eksternal mendukung penguatan rupiah pada hari ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 13.850/US$, setelahnya sempat melemah hingga 0,65% ke Rp 13.940/US$. Tetapi kurang dari 1 jam rupiah sudah kembali ke zona hijau, bahkan sempat menguat 0,29% ke Rp 13.810/US$. Pada pukul 11:55 WIB, penguatan sedikit terpangkas menjadi 0,25% ke Rp 13.815/US$.

Penguatan hingga tengah hari ini memperpanjang laju apik rupiah setelah pekan lalu tercatat menguat nyaris 5%. Derasnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri menjadi penopang penguatan rupiah pada pekan lalu.

Derasnya aliran modal ke dalam negeri terlihat dari lelang obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) Selasa lalu yang penawarannya mencapai 105,27 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi oversubscribed 5,2 kali.

Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.



Di pasar saham, juga terjadi inflow yang cukup besar. Berdasarkan data RTI, sepanjang pekan lalu investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 3,45 triliun di all market. Sementara pada hari ini, hingga akhir sesi 1 investor asing mencatat net buy sebesar Rp 57,25 miliar.

Mood pelaku pasar global yang sedang bagus-bagusnya merespon new normal atau memutar kembali roda perekonomian dengan protokol kesehatan yang ketat di berbagai negara, membuat aliran modal deras masuk ke negara emerging market. Indonesia menjadi salah satu yang mendapat keuntungan.

Sentimen pelaku pasar saat ini juga masih bagus, setelah data tenaga kerja AS yang dirilis pada Jumat lalu secara mengejutkan mampu mencatat hasil positif.

Data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan sepanjang bulan Mei perekonomian AS mampu menyerap 2,5 juta tenaga kerja artinya ada perekrutan tenaga kerja kembali. Sementara hasil survei Reuters memprediksi akan ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 8 juta tenaga kerja.

Tingkat pengangguran juga menurun menjadi 13,3% dari sebelumnya 14,7%. Sementara hasil survei Reuters memprediksi tingkat pengangguran akan naik menjadi 19,8%.

Hasil tersebut sangat mengejutkan sekaligus memberikan optimisme jika perekonomian bisa segera bangkit dari keterpurukan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19), dan terhindar dari resesi panjang.

Bagusnya data ekonomi Paman Sam bukannya menguatkan dolar AS, tetapi malah membuatnya melemah. Sebab, sentimen pelaku pasar menjadi semakin bagus, dan lebih memilih aset-aset berisko dengan imbal hasil tinggi, ketimbang aset aman (safe haven) seperti dolar AS.



Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2020 naik menjadi US$ 130,5 miliar, dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya sebesar US$ 127,9 miliar. Cadev Indonesia kini sudah membukukan kenaikan 2 bulan beruntun.

Berdasarkan laporan BI, cadangan devisa meningkat karena penarikan utang luar negeri pemerintah dan penempatan valas perbankan di BI.
Dengan kenaikan cadev tersebut, BI memiliki amunisi lebih besar untuk menstabilkan rupiah jika kembali mengalami gejolak, sehingga investor menjadi lebih nyaman berinvetasi di dalam negeri.

Alhasil rupiah terus melaju pada hari ini, dan selangkah lagi menembus ke bawah Rp 13.800/US$.


[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular