
Para Bankir RI Putar Otak Kejar Kredit, Ini Sektor Bidikannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 menyebabkan hampir seluruh sektor bisnis di Tanah Air terganggu, mulai dari korporasi besar hingga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sebab itu, perbankan domestik mulai menyasar beberapa sektor yang masih memiliki daya tahan di tengah pandemi.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja mengatakan, ada beberapa sektor yang masih bisa tetap tumbuh di saat pandemi seperti sekarang ini antara lain di sektor ritel yang menjual kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman. Perusahaan ritel farmasi juga relatif masih diuntungkan dengan kebutuhan masyarakat akan masker, hand sanitizer dan vitamin.
"Farmasi yang menyediakan vitamin akan positif tapi ada juga yang susah karena kesulitan bahan baku," kata Jahja, pekan lalu.
Sektor lainnya yang juga masih berpeluang tumbuh adalah logistik, meskipun ada risiko kenaikan biaya operasional.
Sementara itu, manajemen PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), juga memperkirakan pertumbuhan kredit di semester kedua tahun ini akan cukup berat dan hanya akan tumbuh pada kisaran 2-4%.
Dampak pandemi Covid-19 menyebabkan banyak nasabah di semua segmen melakukan restrukturisasi, sehingga permintaan kredit baru diperkirakan mengalami perlambatan.
Direktur Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah BNI, Tambok P. Setyawati menuturkan, hingga 30 April 2020, sebanyak 103.447 nasabah yang direstrukturisasi berupa penundaan pembayaran pokok maupun bunga dengan total kredit yang direlaksasi mencapai Rp 69,8 triliun.
Nasabah di segmen UMKM, paling banyak terkena dampaknya selain di sektor korporasi dan nasabah konsumer.
"Berdasarkan proyeksi ekonomi Indonesia, kita lihat bahwa penyaluran kredit kami diproyeksikan tumbuh 2-4% yoy [semester II-2020]. Memang saat ini kami benar benar fokus menghadapi situasi ini dengan melakukan perbaikan kualitas aset," kata Tambok, melalui pemaparan virtual, Selasa (19/5/2020).
Strategi yang diterapkan antara lain dengan lebih selektif dalam menyalurkan kredit baru kepada nasabah, terutama yang masih berpotensi tumbuh seperti di sektor teknologi informasi, telekomunikasi, consumer goods dan industri hilir perkebunan, sanitasi dan industri makanan dan minuman.
"Pada semester dua, penyaluran pinjaman dilakukan secara selektif dan kami fokus pada perbaikan kinerja, tentunya yang bergerak di sektor terdampak Covid, hal ini berlaku untuk semua segmen," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Sunarso mengakui banyak sektor yang terdampak Covid-19, antara lain di sektor UMKM yang menjadi bisnis utama BRI. Pada kuartal pertama saja, ada 1,4 juta nasabah UMKM yang mengajukan relaksasi kredit senilai Rp 101 triliun.
Akan tetapi, di tengah pandemi yang sulit ini, masih ada sejumlah sektor yang masih cukup potensial untuk tetap tumbuh, antara lain adalah UMKM di sektor pangan.
"Kalau kena krisis apapun ada satu hal yang dibutuhkan, makan. Dan segmen mikro sangat erat dengan penyediaan bahan pangan. Jadi kalau segmen mikro tetap peluang tumbuh," tutur Sunarso.
Selain itu, sektor yang masih berpotensi tumbuh adalah di bisnis obat-obatan dan alat kesehatan. Ia juga mengakui, banyak industri yang tadinya bergerak di bisnis otomotif, karena sedang lesu permintaan beralih memproduksi Alat Pelindung Diri (APD). Tentunya, kata Sunarso, sektor e-commerce juga akan diuntungkan dengan kebijakan bekerja dari rumah dan pembatasan sosial.
"Pasti sektor yang terkait dengan penyediaan obat dan alat kesehatan, distribusi perdagangan e-commerce, model distribusi barang jasa baru bisa tumbuh," pungkasnya.
(tas/tas) Next Article Genjot Kredit, BRI Siap Rilis Lagi Obligasi Rp 5 T
