
Gegara Covid-19, Krakatau Steel Tunda Investasi 5 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - BUMN produsen baja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) bakal menunda melakukan investasi baru dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan. Jika harus melakukan investasi baru, perusahaan akan menggandeng mitra strategis.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan penundaan melakukan investasi ini merupakan salah satu langkah perusahaan dalam melakukan efisiensi. Pasalnya saat ini industri baja sedang terdampak cukup besar akibat Covid-19, dari hulu hingga ke hilir belum lagi perusahaan saat ini tengah membenahi kondisi internalnya.
"Jadi konsep KS [Krakatau Steel] ke depan menghindari investasi, jadi prinsip kita melakukan investasi harus bisa menghasilkan keuntungan dan penjualan. Untuk 3-5 tahun ke depan sampai kondisi normal sebaiknya KS tak melakukan investasi, yang investasi mitra strategis," kata Silmy ketika berbincang dengan CNBC Indonesia TV, Selasa (2/6/2020).
Strategi lainnya yang akan dilakukan perusahaan adalah meningkatkan utilisasi pabrik yang sudah ada saat ini. Pasalnya, tingkat utilisasi pabrik saat ini baru mencapai 30%. Tingkat utilisasi yang masih rendah ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan diferensiasi produk.
Adapun perusahaan ini hingga kuartal I-2020 kemarin berhasil mencatatkan keuntungan setelah 8 tahun berturut-turut mencatatkan rapor merah.
Perusahaan berhasil membukukan laba senilai US$ 74,14 juta atau Rp 1,08 triliun (asumsi kurs Rp 14.700/US$) pada kuartal I-2020. Perseroan bisa mencetak laba karena berhasil melakukan restrukturisasi utang.
Perbaikan kinerja ini terjadi setelah perusahaan mengalami kerugian selama 8 tahun berturut-turut, di mana pada Maret 2019 saja, perusahaan ini masih mencatatkan kerugian senilai US$ 62,32 juta.
Silmy menuturkan, keuntungan ini berhasil dilakukan berkat langkah restrukturisasi yang baru-baru ini dilakukan atas kewajibannya yang tertunggak mencapai US$ 2 miliar. Selain itu, perusahaan juga melakukan efisiensi dari segi operasional hingga karyawan.
"Saya ambil contoh membandingkan Q1 2020 dengan Q1 2019, dari segi pengeluaran tenaga kerja kita bisa efisiensikan sekitar lebih dari 30% biaya. Kalau dibandingkan lebih jauh lagi dari 2018 itu sudah hampir 40%," jelas dia.
(tas/tas) Next Article Jadi Dirjen Imigrasi, Ini 'Peninggalan' Silmy Karim di KRAS
