Kebangkitan Ekonomi Dunia di Depan Mata, Rupiah Terbaik Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 June 2020 10:12
ilustrasi uang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukarĀ rupiah terhadapĀ dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga perkasa di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (2/6/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.502. Rupiah menguat tajam 1,57% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sementara di pasar spot, rupiah juga mantap di jalur hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ setara dengan Rp 14.450 di mana rupiah menguat 0,86%.

Kemarin, pasar keuangan Indonesia libur memperingati Hari Kelahiran Pancasila. Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 0,72% terhadap dolar AS di perdagangan pasar spot. Rupiah jadi salah satu mata uang dengan performa terbaik di Asia.


Pagi ini, ada berita yang cukup melegakan. IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Mei adalah 28,6. Naik dibandingkan April yang sebesar 27,5.



PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Angka di bawah 50 berarti industri manufaktur masih terkontraksi, belum ada ekspansi.

Walau demikian, kontraksi industri manufaktur Tanah Air mulai menipis. Ini memberi harapan bahwa yang terburuk sepertinya sudah berlalu.

"Dengan pemerintah mempertimbangkan kembali membuka ekonomi secara bertahap mulai Juni, PMI mungkin akan naik pada bulan-bulan mendatang. Meskipun membutuhkan upaya yang lebih besar untuk memulihkan kerugian parah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir," kata Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.



[Gambas:Video CNBC]



Tidak hanya di Indonesia, PMI manufaktur di berbagai negara juga membaik. Di AS, PMI manufaktur versi ISM untuk periode Mei 2020 menunjukkan angka 43,1. Membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 41,5.

Pada April, PMI manufaktur AS berada di titik terendah sejak 2009. Kini mulai terlihat sinyal bahwa industriawan Negeri Paman Sam sudah pulih.

Di China, angka PMI manufaktur versi Caixin pada Mei 2020 versi adalah 50,7. Naik dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 49,4. Bahkan PMI manufaktur China sudah masuk zona ekspansi.

Begitu pula di Zona Euro. PMI manufaktur versi IHS Market untuk periode Mei adalah 39,4, naik dibandingkan April yang sebesar 33,4.



"Berbagai laporan ini adalah kabar baik, memberi petunjuk bahwa ekonomi mulai bangkit seiring pembukaan kembali keran aktivitas masyarakat. Mungkin pemulihan tidak akan berlangsung cepat, tetapi yang terburuk sepertinya sudah berlalu," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.



Ya, sejumlah negara memang sudah dan akan membuka kembali keran aktivitas masyarakat seiring penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang melambat. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 1 Juni adalah 6.057.853 orang. Bertambah 122.917 dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Meski masih terjadi penularan, tetapi lajunya relatif terkendali. Sejak 27 April, persentase kenaikan kasus corona sudah di bawah 3% per hari.



Oleh karena itu, sejumlah negara mulai mengendurkan pembatasan sosial (social distancing). Warga mulai diperbolehkan beraktivitas di luar rumah meski harus tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak, dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan kenormalan baru alias the new normal.


Meski aktivitas masih terbatas, tetapi tentu lebih baik bagi perekonomian ketimbang #dirumahaja. Ada ada bahwa ekonomi yang dihajar habis-habisan oleh virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut bisa bangkit pada tahun ini.

"Investor di pasar keuangan masih meyakini bahwa pemulihan ekonomi global tetap on track," ujar Edward Moya, Analis Senior di OANDA, sebagaimana diberitakan Reuters.

Harapan ini membuat investor ogah bermain aman. Dolar AS yang berstatus safe haven pun ramai-ramai dijual sehingga nilai tukarnya melemah.

Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi sampai 1,02%. Selama sebulan ke belakang, indeks ini sudah melemah 1,19%.



Pelemahan dolar AS secara global berarti penguatan bagi mata uang lainnya. Hampir seluruh mata uang utama Asia menguat di hadapan dolar AS. Namun dengan penguatan nyaris 1%, rupiah sah menjadi yang terbaik di Benua Kuning.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:05 WIB:





TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular