
Rupiah Perkasa, Dolar Dipukul ke Bawah Rp 14.500!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 June 2020 09:30

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Optimisme pasar bahwa 'badai' pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sudah mulai berlalu membuat arus modal mengalir deras ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Pada Selasa (2/6/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.480 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,65% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Kemarin, pasar keuangan Indonesia libur memperingati Hari Kelahiran Pancasila. Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 0,72% terhadap dolar AS di perdagangan pasar spot. Rupiah jadi salah satu mata uang dengan performa terbaik di Asia.
Hari ini, penguatan rupiah akan didorong oleh risk appetite investor yang sedang tinggi. Sejumlah data ekonomi menunjukkan bahwa mulai ada tanda kebangkitan.
Di AS, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur versi ISM untuk periode Mei 2020 menunjukkan angka 43,1. Membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 41,5.
Pada April, PMI manufaktur AS berada di titik terendah sejak 2009. Kini mulai terlihat sinyal bahwa industriawan Negeri Paman Sam sudah pulih.
"Laporan ini adalah kabar baik, memberi petunjuk bahwa ekonomi mulai bangkit seiring pembukaan kembali keran aktivitas masyarakat. Mungkin pemulihan tidak akan berlangsung cepat, tetapi yang terburuk sepertinya sudah berlalu," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.
Tidak hanya di AS, PMI manufaktur China pun membaik. Angka PMI manufaktur versi Caixin pada Mei 2020 versi adalah 50,7. Naik dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 49,4.
Begitu pula di Zona Euro. PMI manufaktur versi IHS Market untuk periode Mei adalah 39,4, naik dibandingkan April yang sebesar 33,4.
Ya, berbagai negara memang akan dan telah melonggarkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) karena penyebaran virus corona yang terus melambat. AS, Eropa, China, Jepang, sampai Indonesia tengah menyambut kenormalan baru, di mana masyarakat sudah diperbolehkan berkegiatan dengan tetap mematuhi berbagai protokol kesehatan.
Walau aktivitas masyarakat masih terbatas, tetapi jauh lebih baik ketimbang #dirumahaja. Roda ekonomi akan bergulir kembali sehingga memunculkan harapan bahwa ekonomi bisa mulai pulih tahun ini.
"Pasar meyakini bahwa pemulihan ekonomi global masih on track," ujar Edward Moya, Analis OANDA, seperti dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini membuat investor enggan bermain aman dan tidak lagi 'memeluk' dolar AS. Mata uang Negeri Adidaya yang berstatus aset aman (safe haven) mengalami tekanan jual sehingga nilai tukarnya melemah.
Pada pukul 07:30 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,05%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah terkoreksi 1,14% dan selama sebulan ke belakang pelemahannya mencapai 1,31%.
Pelemahan dolar AS secara global berarti penguatan bagi mata uang lainnya. Rupiah pun tidak ingin ketinggalan 'pesta'.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (2/6/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.480 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,65% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Kemarin, pasar keuangan Indonesia libur memperingati Hari Kelahiran Pancasila. Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 0,72% terhadap dolar AS di perdagangan pasar spot. Rupiah jadi salah satu mata uang dengan performa terbaik di Asia.
Hari ini, penguatan rupiah akan didorong oleh risk appetite investor yang sedang tinggi. Sejumlah data ekonomi menunjukkan bahwa mulai ada tanda kebangkitan.
Di AS, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur versi ISM untuk periode Mei 2020 menunjukkan angka 43,1. Membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 41,5.
Pada April, PMI manufaktur AS berada di titik terendah sejak 2009. Kini mulai terlihat sinyal bahwa industriawan Negeri Paman Sam sudah pulih.
"Laporan ini adalah kabar baik, memberi petunjuk bahwa ekonomi mulai bangkit seiring pembukaan kembali keran aktivitas masyarakat. Mungkin pemulihan tidak akan berlangsung cepat, tetapi yang terburuk sepertinya sudah berlalu," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.
Tidak hanya di AS, PMI manufaktur China pun membaik. Angka PMI manufaktur versi Caixin pada Mei 2020 versi adalah 50,7. Naik dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 49,4.
Begitu pula di Zona Euro. PMI manufaktur versi IHS Market untuk periode Mei adalah 39,4, naik dibandingkan April yang sebesar 33,4.
Ya, berbagai negara memang akan dan telah melonggarkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) karena penyebaran virus corona yang terus melambat. AS, Eropa, China, Jepang, sampai Indonesia tengah menyambut kenormalan baru, di mana masyarakat sudah diperbolehkan berkegiatan dengan tetap mematuhi berbagai protokol kesehatan.
Walau aktivitas masyarakat masih terbatas, tetapi jauh lebih baik ketimbang #dirumahaja. Roda ekonomi akan bergulir kembali sehingga memunculkan harapan bahwa ekonomi bisa mulai pulih tahun ini.
"Pasar meyakini bahwa pemulihan ekonomi global masih on track," ujar Edward Moya, Analis OANDA, seperti dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini membuat investor enggan bermain aman dan tidak lagi 'memeluk' dolar AS. Mata uang Negeri Adidaya yang berstatus aset aman (safe haven) mengalami tekanan jual sehingga nilai tukarnya melemah.
Pada pukul 07:30 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,05%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah terkoreksi 1,14% dan selama sebulan ke belakang pelemahannya mencapai 1,31%.
Pelemahan dolar AS secara global berarti penguatan bagi mata uang lainnya. Rupiah pun tidak ingin ketinggalan 'pesta'.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular