Internasional

Jadi Korban Keganasan Corona, Real Brasil Ambrol 42% Lebih

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 May 2020 15:02
Real Brazil
Foto: Mata Uang Brasil (REUTERS/Ricardo Moraes)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) membuat nilai tukar rupiah mengalami gejolak pada pertengahan Maret lalu, merosot hingga menyentuh level Rp 16.620/US$, yang menjadi level terlemah sejak krisis moneter 1998.

Sejak akhir 2019, hingga menyentuh level tersebut pada 23 Maret, nilai tukar rupiah merosot nyaris 20%. Tetapi gejolak yang dialami rupiah tersebut tidak separah mata uang real Brasil yang ambrol hingga ke rekor terlemah sepanjang sejarah di awal Mei lalu.

Brasil kini menjadi hot spot baru penyebaran pandemi Covid-19. Berdasarkan data Worldometer, hingga saat ini jumlah kasus di Negeri Samba Mencapai 414.661 kasus, menjadi yang terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat dengan lebih dari 1,7 juta kasus.



Berdasarkan data dari CEIC, kasus pertama di Brasil dilaporkan pada 26 Februari lalu. Hingga awal April jumlah kasus di Brasil masih di bawah 10.000 orang, tetapi setelahnya langsung meroket dan semakin terakselerasi di bulan Mei.

Dampaknya, kurs real menjadi babak belur, terus melemah mengiringi penambahan kasus Covid-19. Pada 8 Mei lalu, kurs real menyentuh 5,7171/US$, yang merupakan rekor terlemah sepanjang masa. Jika dilihat dari posisi akhir 2019 hingga ke rekor terlemah tersebut, kurs real ambrol 42,62%.

Real sebenarnya sudah berada di rekor terendah sepanjang masa pada 7 Februari, atau sebelum kasus pertama Covid-19 dilaporkan menyerang Brasil. Sebabnya aksi jual yang menimpa negara-negara emerging market setelah virus corona mulai menyebar ke berbagai negara.

Setelah pandemi Covid-19 masuk ke Brasil, perekonomian negara pemenang Piala Dunia sepakbola sebanyak 5 kali ini semakin nyungsep, yang memicu aksi jual lebih masif.



Reuters melaporkan, pada bulan Maret terjadi capital outflow dari pasar saham dan obligasi Brasil sebesar US$ 22,5 miliar. Sepanjang bulan itu, kurs real ambles sekitar 14%. Guna meredam gejolak tersebut, Brasil menjual obligasi (Treasury) AS yang dimiliki sebesar US$ 21,5 miliar, dan menjadi rekor penjualan terbesar dalam sejarah.

Gubernur Bank Sentral Brasil, Roberto Campos Neto mengatakan penggunaan cadangan devisa adalah kebijakan yang akan digunakan lagi jika pasar kembali bergejolak dan untuk menambah likuiditas jika dianggap perlu. Itu artinya ada kemungkinan Bank Sentral Brasil akan kembali menjual Treasury yang dimiliki.

"Masih ada ruang yang besar untuk menggunakan cadangan devisa. Kita akan terus melakukan intervensi, bahkan mungkin meningkatkan intervensi jika diperlukan," kata Campos Neto sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (22/5/2020).

Bank Sentral Brasil merupakan salah satu pemegang Treasury terbesar di dunia, setelah melakukan rekor penjualan di bulan Maret, nilai Treasury yang saat ini sebesar US$ 264,4 miliar. Posisi Brasil sebagai pemegang Treasury terbanyak di dunia saat ini turun satu peringkat menjadi nomer 5 di dunia, di bawah Jepang, China, Inggris, dan Irlandia.



Gejolak di pasar keuangan Brasil kini sudah mulai mereda, kurs real juga dalam tren menguat setelah menyentuh rekor terendah sepanjang masa. Dalam tiga pekan terakhir, real sudah menguat lebih dari 10%.

Pelemahan real sejak awal tahun hingga Rabu kemarin atau secara year-to-date (YTD) saat ini sebesar 31,21% dan masih menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di dunia.

[Gambas:Video CNBC]




Selasa kemarin, Kementerian Ekonomi Brasil merilis data tenaga kerja atau yang disebut CAGED. Data tersebut menunjukkan pada periode Maret-April, jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Brasil mencapai 1 juta orang.

Data CAGED menunjukkan sepanjang 2019, perekonomian Brasil mampu menciptakan dan menyerap 644.079 tenaga kerja. Jumlah tersebut menjadi yang terbesar sejak tahun 2013. Tren apik pasar tenaga kerja masih berlanjut di 2 bulan pertama tahun ini. Pada Januari sebanyak 113.115 tenaga kerja berhasil terserap, di bulan selanjutnya 224.818 tenaga kerja.

Tetapi semua berubah memasuki bulan Maret, terjadi PHK terhadap 240.702 tenaga kerja, disusul bulan April 860.503 di bulan selanjutnya. PHK di bulan April tersebut sekaligus menjadi yang terbesar sejak data mulai dicatat 30 tahun lalu.

Pemerintah Brasil pada 13 Mei lalu sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi atau produk domestic bruto (PDB). Untuk tahun 2020, ekonomi Brasil diprediksi mengalami kontraksi alias minus 4,7%, dan menjadi yang terburuk lebih dari 1 abad terakhir.

Proyeksi terbaru tersebut berdasarkan ada kerusakan yang disebabkan oleh Covid-19 dan kebijakan karantina wilayah (lockdown).



"Gangguan yang terjadi di sektor produksi hingga konsumsi akan memberikan dampak yang besar ke PDB di tahun 2020. Bagian substansial dari PDB yang hilang selama masa lockdown tidak akan bisa kembali, sehingga membawa PDB turun signifikan," tulis Kementerian Ekonomi Brasil yang dikutip Reuters.

Guna meminimalisir dampak Covid-19 dan merangsang perekonomian, Bank Sentral Brasil memangkas suku bunga acuannya atau yang disebut Selic secara agresif. Persis tiga pekan lalu, Selic dipangkas sebesar 75 basis poin menjadi 3% yang merupakan rekor terendah sepanjang sejarah. Tidak hanya itu, Bank Sentral Brasil juga mengindikasikan akan kembali melakukan pemangkasan bulan Juni mendatang, juga sebesar 75 bps.

"Pada pertemuan selanjutnya, tergantung dari skenario fiskal dan data ekonomi, komite pembuat kebijakan mempertimbangkan penyesuaian kebijakan moneter terakhir, besarnya tidak akan lebih dari saat ini (75 bps)," kata komite kebijakan moneter sebagaimana dilansir Reuters.

Sejak pemangkasan suku bunga tersebut, kurs real perlahan mulai bangkit dan menjauhi rekor terlemah sepanjang masa.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular