
Kasus Corona Masih Nambah, Siapkah RI Menuju New Normal?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 May 2020 05:55

Meski dari aspek kesehatan masih banyak catatan jika Indonesia ingin menuju new normal, tetapi sepertinya aspek ekonomi sulit untuk menunggu lebih lama lagi. Apabila aktivitas masih sangat terbatas seperti sekarang, maka prospek ekonomi Indonesia bakal semakin suram.
Pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sampai 3%, terendah sejak 2001. Kemungkinan besar pada kuartal berikutnya akan jauh lebih rendah, atau bahkan bisa kontraksi (tumbuh negatif) karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku penuh selama satu triwulan.
Pelambatan pertumbuhan atau bahkan kalau sampai kontraksi menunjukkan aktivitas ekonomi yang mengkerut. Itu berarti lapangan kerja juga ikut menyusut. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, jumlah pekerja yang dirumahkan atau mendapat 'vonis' Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) per 12 Mei adalah 1.722.958 orang.
Semakin tinggi jumlah pengangguran, maka kemiskinan akan mengikuti. Kajian Bank Dunia menyatakan, kebijakan social distancing bisa membuat setidaknya 49 juta orang di seluruh dunia terjerumus ke jurang kemiskinan ekstrem.
Bahkan kajian Andy Sumner dari King's College (London) lebih seram lagi. Apabila pendapatan per kapita global anjlok sampai 20% gara-gara social distancing, maka jumlah penduduk yang berada di tingkat kemiskinan ekstrem bisa mencapai 420 juta jiwa. Hampir setara dengan populasi seluruh negara di Amerika Latin.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per September 2019 adalah 24,79 juta jiwa. Turun dibandingkan Maret 2019 yang sebanyak 25,14 juta jiwa dan September 2018 yakni 25,67 juta jiwa.
Namun, pemerintah memperkirakan jumlah penduduk miskin bakal bertambah seiring perlambatan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini hanya 2,3%, maka jumlah penduduk miskin akan bertambah 1,89 juta orang. Kalau ekonomi Indonesia sampai terkontraksi -0,4%, maka penduduk miskin diperkirakan bertambah 4,86 juta orang.
Oleh karena itu, pilihannya yang ada memang sangat terbatas dan sulit. Social distancing memang bisa menyelamatkan ribuan bahkan jutaan nyawa. Namun jangan-jangan malah bakal merenggut lebih banyak nyawa karena orang-orang mati kelaparan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji)
Pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sampai 3%, terendah sejak 2001. Kemungkinan besar pada kuartal berikutnya akan jauh lebih rendah, atau bahkan bisa kontraksi (tumbuh negatif) karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku penuh selama satu triwulan.
Semakin tinggi jumlah pengangguran, maka kemiskinan akan mengikuti. Kajian Bank Dunia menyatakan, kebijakan social distancing bisa membuat setidaknya 49 juta orang di seluruh dunia terjerumus ke jurang kemiskinan ekstrem.
Bahkan kajian Andy Sumner dari King's College (London) lebih seram lagi. Apabila pendapatan per kapita global anjlok sampai 20% gara-gara social distancing, maka jumlah penduduk yang berada di tingkat kemiskinan ekstrem bisa mencapai 420 juta jiwa. Hampir setara dengan populasi seluruh negara di Amerika Latin.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per September 2019 adalah 24,79 juta jiwa. Turun dibandingkan Maret 2019 yang sebanyak 25,14 juta jiwa dan September 2018 yakni 25,67 juta jiwa.
Namun, pemerintah memperkirakan jumlah penduduk miskin bakal bertambah seiring perlambatan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini hanya 2,3%, maka jumlah penduduk miskin akan bertambah 1,89 juta orang. Kalau ekonomi Indonesia sampai terkontraksi -0,4%, maka penduduk miskin diperkirakan bertambah 4,86 juta orang.
Oleh karena itu, pilihannya yang ada memang sangat terbatas dan sulit. Social distancing memang bisa menyelamatkan ribuan bahkan jutaan nyawa. Namun jangan-jangan malah bakal merenggut lebih banyak nyawa karena orang-orang mati kelaparan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji)
Pages
Most Popular