Pasien Covid RI Nyaris Tambah 1.000, New Normal BUMN Jadikah?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
22 May 2020 09:51
Kepadatan lalu lintas saat PSBB di Jati Padang, Jalarta (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Kepadatan lalu lintas saat PSBB di Jati Padang, Jalarta (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah pasien positif virus corona (Covid-19) di Indonesia kembali menembus rekor baru harian. Pada Kamis kemarin (21/5/2020), jumlah pasien baru virus corona bertambah 973 orang atau nyaris 1.000 orang dan merupakan rekor tertinggi harian.

Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan dengan total penambahan tersebut, jumlah pasien positif corona di Indonesia mencapai 20.162 orang. Dari jumlah itu, 4.838 orang sembuh dan 1.278 orang meninggal dunia.

"Karena hasil cepat dari pemeriksaan, maka jumlah yang positif meningkat 973 orang. Peningkatan ini luar biasa tertinggi," ujar Yuri, sapaan akrab Achmad Yurianto, dalam keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (21/5/2020).

Karena peningkatan tertinggi itu, Yuri meminta masyarakat untuk kembali ke hal mendasar, agar tidak tertular virus tersebut. "Maka mencuci tangan dengan sabun dan air ini harus dilakukan sesering mungkin setelah menyentuh barang-barang," kata Yuri.

"Bepergian bukan pilihan karena akan meningkatkan risiko tertular. Sekali lagi tidak mudik. Oleh karena itu, mari di dalam situasi sulit ini, kita harus bergandeng tangan," lanjutnya.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan salah satu alasan mengapa terjadi peningkatan signifikan pasien secara harian.

"Beberapa minggu ke depan merupakan masa kritis yang berpotensi dapat meningkatkan penyebaran kasus Covid-19 karena memasuki masa Idul Fitri, salat Id berjamaah, berkumpulnya masyarakat untuk silaturahmi, dan potensi arus mudik juga arus balik," kata Suharso Monoarfa dalam pernyataan resminya, Kamis (21/5).

Kurva kasus corona di Tanah Air belum melandai, malah ada kecenderungan naik. Ke depan, seperti kata Pak Menteri, sepertinya jumlah pasien positif corona bakal makin meningkat. Puncak pandemi virus corona di Indonesia sepertinya masih jauh.



Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis, setidaknya ada dua alasan mengapa kasus corona di Ibu Pertiwi semakin bertambah dan puncak pandemi masih jauh dari pandangan. Pertama, pemerintah tengah menggenjot uji corona sehingga ke depan akan semakin banyak kasus yang muncul ke permukaan.

Harus diakui bahwa Indonesia memang tertinggal dalam hal uji corona. Mengutip data Worldometer per 21 Mei 2020, jumlah tes corona di Indonesia adalah 219.975.

Dengan jumlah populasi 273.192.339, berarti hanya 805 dari 1 juta penduduk yang sudah menjalani tes. Angka ini masih di bawah negara-negara ASEAN-6.

Kedua, seperti disampaikan Kepala Bappenas, risiko penyebaran virus corona di Indonesia sedang tinggi-tingginya karena kenaikan intensitas mobilitas masyarakat. Meski sudah ada anjuran untuk #dirumahaja, tetapi momentum Ramadan-Idul Fitri mungkin terlalu berharga untuk dilewatkan.

Di sejumlah pasar, terlihat warga menyemut untuk berbelanja kebutuhan lebaran. Belum lagi masih ada yang memberanikan diri untuk mudik ke kampung halaman, sebuah tradisi yang sudah mengakar puluhan atau bahkan ratusan tahun sejak masa kolonial Belanda.

Situasi ini membuat virus corona lebih mudah menyebar. Sama seperti di China, virus menyebar luas karena masyarakat Negeri Panda mudik untuk merayakan Tahun Baru Imlek.


Mengutip data Social Distancing Index keluaran Citi, skor Indonesia pada 9 Mei adalah -39. Sepekan sebelumnya, nilai Indonesia berada di -40.

Social Distancing Index yang semakin menjauhi nol berarti masyarakat semakin berjarak. Dalam kasus Indonesia, jarak itu sepertinya malah semakin sempit, membuktikan bahwa terjadi kenaikan intensitas kontak dan interaksi antar-manusia yang mempermudah virus untuk menyebar. 

 

corona


[Gambas:Video CNBC]

Lantas bagaimana kesiapan Kementerian BUMN dan perusahaan BUMN yang sebelumnya menegaskan akan menjadi pionir dalam penerapan New Normal atau kondisi normal baru yang dijajaki akan dimulai Juni mendatang?

Kementerian BUMN sebelumnya sudah mengkaji empat skenario kehidupan dalam periode setelah Covid-19. Variasi yang paling berpengaruh dalam penilaian keempat skenario ini adalah ketidakpastian.

Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN Alex Denni mengatakan terdapat dua faktor yang paling tidak pasti adalah kepastian penemuan vaksin yang masih tidak jelas dan perilaku masyarakat yang sebagian besar masih bersifat abai dengan protokol kesehatan.

"Metodologi skenario planning, variasi yang paling berpengaruh adalah kondisi tidak pasti terhadap dampak Covid-19. Ada dua hal yang diidentifikasi paling uncertain, pertama kapan vaksin akan ditemukan. Kedua perilaku masyarakat, kalau sedikit rutin terhadap safety akan berbeda kalau ignorance dengan kesehatan," kata Alex dalam video conference, Senin (18/5/2020).

Alex menyebutkan bahwa saat ini, kehidupan masyarakat Indonesia berada pada pertengahan skenario pertama dan kedua. Untuk itu pihaknya bersama dengan pemerintah terus mendorong perilaku hidup masyarakat membaik sehingga bisa segera masuk pada skenario kedua yakni The New Normal.

"Kalau gagal masuk ke new normal kita akan terjerembab ke gelombang [virus] ke kedua dan bisa lebih bahaya dari sebelumnya atau terjebak di bisnis as usual," terang dia.

Dia menyebutkan, jika masyarakat sudah mampu beradaptasi dengan new normal, maka Indonesia akan dengan mudah melompat ke skenario kehidupan keempat yakni tingkat harapan hidup yang lebih panjang dan kembali hidup dengan normal.

Pemerintah melalui Kemenko Perekonomian sebelumnya sudah mengeluarkan kajian awal dalam rangka memulihkan ekonomi nasional pascapandemi COVID-19 yang dimulai dari Juni mendatang. Pemerintah memastikan, rencana ini masih akan terus berjalan.

Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa, dan Sumber Daya Alam Raden Edi Prio Pambudi mengatakan ini juga dilakukan beberapa negara setelah sekian lama ekonomi terhenti karena Covid-19. Karena semua negara sadar tidak tahu kapan vaksin dan obat Covid-19 ditemukan.

"Tapi kegiatan ekonomi memerlukan kepastian dan tidak boleh berhenti terlalu lama, yang berisiko menambah PHK dan mengarahkan ke kondisi resesi," kata Edi kepada CNBC Indonesia, Jumat (15/5/2020).

Di bidang BUMN energi, PT Pertamina (Persero) juga mendorong transaksi non tunai di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sebagai new normal pandemi corona. Protokol new normal saat ini tengah disiapkan. "Kalau untuk protokol new normal kami sedang siapkan," ungkap VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, Selasa, (19/05/2020).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina sedang mempersiapkan penyusunan protokol untuk mengantisipasi skenario new normal. Di seluruh lini kegiatan operasional baik di hulu, pengolahan, distribusi, hingga pelayanan di SPBU di seluruh Indonesia," kata Nicke dalam keterangan tertulis.

Sementara, PT PLN (Persero) memastikan akhir bulan ini sudah mulai melakukan pencatatan meter secara langsung ke rumah pelanggan pascabayar untuk tagihan rekening bulan Juni 2020. Petugas akan bekerja dengan tetap memperhatikan "Pedoman Pencegahan Pengendalian Covid-19".

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan Bob Saril mengatakan hal ini dilakukan untuk memastikan kesesuaian tagihan rekening listrik dengan penggunaan listrik oleh pelanggan. "Akhir bulan Mei ini petugas kami akan kembali mencatat ke rumah pelanggan untuk rekening bulan Juni," ungkapnya dalam keterangan tertulis.



(tas/tas) Next Article BUMN Siap Jadi Pionir New Normal, 2 Faktor Ini Jadi Ganjalan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular