
Melemah Lagi, Kurs Poundsterling Nyaris ke Bawah Rp 18.000
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 May 2020 20:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling kembali melemah melawan rupiah dan pada perdagangan Jumat (15/5/2020) hingga nyaris menembus ke bawah Rp 18.000/GBP. Nyungsepnya perekonomian Inggris masih menjadi penekan utama kurs poundsterling.
Berdasarkan data Refinitiv, poundsterling hari ini melemah 0,7% ke Rp 18.016,97/GBP di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 19 Maret. Sepanjang bulan ini hingga Kamis kemarin (mengingat perdagangan hari ini belum berakhir) poundsterling sudah melemah 2,81%.
Posisi poundsterling membaik, berada di level Rp 18.070,36/GBP atau melemah 0,44% pada pukul 19:40 WIB.
Office for National Statistic Rabu (13/5/2020) melaporkan PDB Inggris berkontraksi alias minus 2% di triwulan I-2020 dibandingkan triwulan IV-2019. Kontraksi tersebut menjadi yang terdalam sejak krisis finansial global 2008. Meski demikian rilis tersebut masih lebih baik ketimbang prediksi Reuters minus 2,5%.
"Kontraksi PDB di triwulan I sedikit mengejutkan, tapi sudah jelas menunjukkan tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan di Inggris," kata Hugh Gimber ahli strategi pasar di JP Morgan, sebagaimana dilansir Reuters.
Di triwulan II-2020, perekonomian Inggris diprediksi lebih suram lagi. Pada Kamis (7/5/2020) pekan lalu, Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) memberikan "skenario ilustratif" perekonomian Inggris di tahun ini, yang diprediksi menjadi yang terburuk dalam lebih dari 300 tahun terakhir.
Sepanjang triwulan II-2020, pertumbuhan ekonomi Inggris diprediksi minus alias berkontraksi 25%. Dampaknya sepanjang tahun 2020 kontraksi diramal sebesar 14%, atau yang terburuk sejak tahun 1706, berdasarkan data historis yang dimiliki BoE.
Meski demikian, ekonomi Inggris diprediksi akan segera bangkit setelah lockdown dilonggarkan dan pandemi Covid-19 berhasil dihentikan. Perekonomian diprediksi kembali tumbuh seperti sebelum dilanda Covid-19 pada semester II-2021, dan tumbuh 3% di tahun 2022.
Selain itu, poundsterling juga dibayangi fenomena sell in May, yakni poundsterling selalu melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) setidaknya dalam 10 tahun terakhir di bulan Mei.
Pada pukul 19:40 WIB, poundsterling melemah 0,34% ke US$ 1,2184, dan sepanjang Mei tertekan 3,24%.
Data menunjukkan pada periode 2010-2019 poundsterling selalu melemah di bulan Mei. Pelemahan terbesar terjadi di Mei 2012 ketika mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini ini merosot 5,1%. Sementara pelemahan terkecil terjadi pada Mei 2015 sebesar 0,4%.
"Bulan Mei adalah salah satu yang terburuk bagi poundsterling. Jika anda melihat dalam beberapa tahun terakhir, Mei merupakan bulan yang terburuk setelah November bagi poundsterling, jadi saya pikir kita jangan terlalu optimistis memprediksi poundsterling akan menguat," kata Kenneth Broux, ahli strategi valas diSociete Generale, dilansir Reuters.
Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, poundsterling yang disimbolkan GBP/USD bergerak di bawah Fibonnaci Retracement 38,2% di kisaran 1,2210. Fibonnaci Retramenent tersebut ditarik dari level tertinggi US$ 1,3325 pada 13 Desember lalu, ke level terendah US$ 1,1404 pada 20 Maret lalu.
Selama tertahan di bawah Fib. Retracement 38,2%, pounsterling berisiko turun menuju Fib. Retracement 23,6% di kisaran US$ 1,1900, dan kembali mengulang sejarah selalu melemah di bulan Mei.
Sementara itu Fib. Retracement 50% di kisaran US$ 1.2460, akan menjadi kunci pergerakan di bulan Mei. Selama tertahan di bawah level tersebut GBP/USD berisiko terus melemah. Sebaliknya poundsterling berpeluang bangkit dan menghentikan rentetan penurunan di bulan Mei selama mampu bertahan di atas Fib. Retracement 50% di kisaran US$ 1.2460.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ikut Terseret Minyak, Poundsterling Ambles ke Bawah Rp 19.000
Berdasarkan data Refinitiv, poundsterling hari ini melemah 0,7% ke Rp 18.016,97/GBP di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 19 Maret. Sepanjang bulan ini hingga Kamis kemarin (mengingat perdagangan hari ini belum berakhir) poundsterling sudah melemah 2,81%.
Posisi poundsterling membaik, berada di level Rp 18.070,36/GBP atau melemah 0,44% pada pukul 19:40 WIB.
Office for National Statistic Rabu (13/5/2020) melaporkan PDB Inggris berkontraksi alias minus 2% di triwulan I-2020 dibandingkan triwulan IV-2019. Kontraksi tersebut menjadi yang terdalam sejak krisis finansial global 2008. Meski demikian rilis tersebut masih lebih baik ketimbang prediksi Reuters minus 2,5%.
"Kontraksi PDB di triwulan I sedikit mengejutkan, tapi sudah jelas menunjukkan tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan di Inggris," kata Hugh Gimber ahli strategi pasar di JP Morgan, sebagaimana dilansir Reuters.
Di triwulan II-2020, perekonomian Inggris diprediksi lebih suram lagi. Pada Kamis (7/5/2020) pekan lalu, Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) memberikan "skenario ilustratif" perekonomian Inggris di tahun ini, yang diprediksi menjadi yang terburuk dalam lebih dari 300 tahun terakhir.
Sepanjang triwulan II-2020, pertumbuhan ekonomi Inggris diprediksi minus alias berkontraksi 25%. Dampaknya sepanjang tahun 2020 kontraksi diramal sebesar 14%, atau yang terburuk sejak tahun 1706, berdasarkan data historis yang dimiliki BoE.
Meski demikian, ekonomi Inggris diprediksi akan segera bangkit setelah lockdown dilonggarkan dan pandemi Covid-19 berhasil dihentikan. Perekonomian diprediksi kembali tumbuh seperti sebelum dilanda Covid-19 pada semester II-2021, dan tumbuh 3% di tahun 2022.
Selain itu, poundsterling juga dibayangi fenomena sell in May, yakni poundsterling selalu melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) setidaknya dalam 10 tahun terakhir di bulan Mei.
Pada pukul 19:40 WIB, poundsterling melemah 0,34% ke US$ 1,2184, dan sepanjang Mei tertekan 3,24%.
Data menunjukkan pada periode 2010-2019 poundsterling selalu melemah di bulan Mei. Pelemahan terbesar terjadi di Mei 2012 ketika mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini ini merosot 5,1%. Sementara pelemahan terkecil terjadi pada Mei 2015 sebesar 0,4%.
"Bulan Mei adalah salah satu yang terburuk bagi poundsterling. Jika anda melihat dalam beberapa tahun terakhir, Mei merupakan bulan yang terburuk setelah November bagi poundsterling, jadi saya pikir kita jangan terlalu optimistis memprediksi poundsterling akan menguat," kata Kenneth Broux, ahli strategi valas diSociete Generale, dilansir Reuters.
Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, poundsterling yang disimbolkan GBP/USD bergerak di bawah Fibonnaci Retracement 38,2% di kisaran 1,2210. Fibonnaci Retramenent tersebut ditarik dari level tertinggi US$ 1,3325 pada 13 Desember lalu, ke level terendah US$ 1,1404 pada 20 Maret lalu.
![]() Foto: Refinitiv |
Selama tertahan di bawah Fib. Retracement 38,2%, pounsterling berisiko turun menuju Fib. Retracement 23,6% di kisaran US$ 1,1900, dan kembali mengulang sejarah selalu melemah di bulan Mei.
Sementara itu Fib. Retracement 50% di kisaran US$ 1.2460, akan menjadi kunci pergerakan di bulan Mei. Selama tertahan di bawah level tersebut GBP/USD berisiko terus melemah. Sebaliknya poundsterling berpeluang bangkit dan menghentikan rentetan penurunan di bulan Mei selama mampu bertahan di atas Fib. Retracement 50% di kisaran US$ 1.2460.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ikut Terseret Minyak, Poundsterling Ambles ke Bawah Rp 19.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular