
Analisis Teknikal
Tembus Pola Triangle, Emas Siap Terbang Tinggi!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 May 2020 18:23

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan Jumat (15/5/2020), setelah mencetak penguatan tiga hari beruntun Kamis kemarin. Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang kembali memanas menjadi salah satu penopang penguatan emas.
Pada pukul 17:51 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.731,53/troy ons, di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dalam tiga hari terakhir, total emas sudah menguat nyaris 2%.
Secara teknikal, emas yang disimbolkan XAU/USD kemarin berhasil menembus ke atas pola Triangle (garis biru), sehingga membuat logam mulia ini mendapat momentum penguatan. Level tertinggi tahun ini US$ 1.746/troy ons menjadi resisten terdekat. Jika level tersebut ditembus, emas akan terbang lebih tinggi menuju US$ 1.800/troy ons.
Sementara support (tahanan bawah) terdekat berada di kisaran US$ 1.708 - 1.700/troy ons, selama tidak menembus ke bawah level tersebut emas masih cenderung menguat. Sementara jika ditembus, logam mulia ini akan kembali memasuki fase konsolidasi dengan risiko penurunan ke US$ 1.660/troy ons.
Secara fundamental, emas menguat sejak kemarin setelah Presiden AS, Donald Trump, masih terus menyerang China terkait penanganan pandemi penyakit virus corona (Covid-19), bahkan menuduh virus tersebut datang dari laboratorium di Negeri Tiongkok.
"Kami punya banyak informasi, dan itu tidak bagus. Apakah (virus corona) datang dari laboratorium atau dari kelelawar, pokoknya berasal dari China. Mereka semestinya bisa menghentikan itu dari sumbernya," kata Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.
AS yang terus menyerang China memicu kecemasan pelaku pasar akan terjadinya babak baru perang dagang. Saat dunia sedang "diserang" pandemi virus corona, babak baru perang dagang tentunya memperburuk kondisi perekonomian global.
Pelaku pasar yang was-was menjadi enggan untuk mengambil risiko investasi yang besar sehingga lebih memilih bermain aman di aset safe haven seperti emas. Harga logam mulia ini pun kembali menguat.
Dengan kondisi saat ini, kemerosotan ekonomi hingga resesi, serta kebijakan moneter ultra longgar bank sentral di berbagai belahan dunia plus stimulus fiskal pemerintah, harga emas menyimpan potensi untuk menguat tajam. Bahkan ada yang memprediksi harga emas bisa ke US$ 4.000/troy ons.
Dengan begitu, emas disebut sebagai "raksasa yang sedang tidur" oleh Andrew Hecht, dari Hecht Commodity.
Dalam tulisannya yang dikutip Kitco, Hecht melihat harga emas yang turun ke bawah US$ 1.700/troy ons pada pekan lalu bisa jadi menandai periode penguatan (bull rally) yang baru. Ia melihat harga emas dalam jangka panjang emas akan menuju US$ 2.000/troy ons, dan tidak menutup kemungkinan ke US$ 3.000/troy ons atau lebih tinggi lagi.
"Emas kemungkinan masih tidur saat ini, tapi penguatan tajam masih sangat mungkin terjadi jika harga emas mengikuti pola yang terjadi di tahun 2008," tulis Hecht sebagaimana dilansir Kitco.
Kondisi saat ini memang mirip dengan tahun 2008, bahkan lebih parah lagi. Perekonomian global merosot tajam, dan bank sentral mengambil kebijakan moneter ultra longgar.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) contohnya, suku bunga sudah dibabat habis menjadi 0-0,25% (sama dengan ketika krisis finansial 2008). The Fed juga menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) bahkan kali ini nilainya tidak terbatas, sementara pada tahun 2008 dan setelahnya QE yang dilakukan nilainya dipatok tiap bulannya.
Krisis 2008 dan kebijakan bank sentral menjadi awal emas terus menguat hingga menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920,3/troy ons pada 6 September 2011.
Kini tidak hanya The Fed yang menerapkan suku bunga sangat rendah dan QE, tetapi bank sentral negara-negara maju lainnya, sehingga peluang emas memecahkan rekor tertinggi terbuka lebar.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Pada pukul 17:51 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.731,53/troy ons, di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dalam tiga hari terakhir, total emas sudah menguat nyaris 2%.
Secara teknikal, emas yang disimbolkan XAU/USD kemarin berhasil menembus ke atas pola Triangle (garis biru), sehingga membuat logam mulia ini mendapat momentum penguatan. Level tertinggi tahun ini US$ 1.746/troy ons menjadi resisten terdekat. Jika level tersebut ditembus, emas akan terbang lebih tinggi menuju US$ 1.800/troy ons.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara support (tahanan bawah) terdekat berada di kisaran US$ 1.708 - 1.700/troy ons, selama tidak menembus ke bawah level tersebut emas masih cenderung menguat. Sementara jika ditembus, logam mulia ini akan kembali memasuki fase konsolidasi dengan risiko penurunan ke US$ 1.660/troy ons.
Secara fundamental, emas menguat sejak kemarin setelah Presiden AS, Donald Trump, masih terus menyerang China terkait penanganan pandemi penyakit virus corona (Covid-19), bahkan menuduh virus tersebut datang dari laboratorium di Negeri Tiongkok.
"Kami punya banyak informasi, dan itu tidak bagus. Apakah (virus corona) datang dari laboratorium atau dari kelelawar, pokoknya berasal dari China. Mereka semestinya bisa menghentikan itu dari sumbernya," kata Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.
AS yang terus menyerang China memicu kecemasan pelaku pasar akan terjadinya babak baru perang dagang. Saat dunia sedang "diserang" pandemi virus corona, babak baru perang dagang tentunya memperburuk kondisi perekonomian global.
Pelaku pasar yang was-was menjadi enggan untuk mengambil risiko investasi yang besar sehingga lebih memilih bermain aman di aset safe haven seperti emas. Harga logam mulia ini pun kembali menguat.
Dengan kondisi saat ini, kemerosotan ekonomi hingga resesi, serta kebijakan moneter ultra longgar bank sentral di berbagai belahan dunia plus stimulus fiskal pemerintah, harga emas menyimpan potensi untuk menguat tajam. Bahkan ada yang memprediksi harga emas bisa ke US$ 4.000/troy ons.
Dengan begitu, emas disebut sebagai "raksasa yang sedang tidur" oleh Andrew Hecht, dari Hecht Commodity.
Dalam tulisannya yang dikutip Kitco, Hecht melihat harga emas yang turun ke bawah US$ 1.700/troy ons pada pekan lalu bisa jadi menandai periode penguatan (bull rally) yang baru. Ia melihat harga emas dalam jangka panjang emas akan menuju US$ 2.000/troy ons, dan tidak menutup kemungkinan ke US$ 3.000/troy ons atau lebih tinggi lagi.
"Emas kemungkinan masih tidur saat ini, tapi penguatan tajam masih sangat mungkin terjadi jika harga emas mengikuti pola yang terjadi di tahun 2008," tulis Hecht sebagaimana dilansir Kitco.
Kondisi saat ini memang mirip dengan tahun 2008, bahkan lebih parah lagi. Perekonomian global merosot tajam, dan bank sentral mengambil kebijakan moneter ultra longgar.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) contohnya, suku bunga sudah dibabat habis menjadi 0-0,25% (sama dengan ketika krisis finansial 2008). The Fed juga menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) bahkan kali ini nilainya tidak terbatas, sementara pada tahun 2008 dan setelahnya QE yang dilakukan nilainya dipatok tiap bulannya.
Krisis 2008 dan kebijakan bank sentral menjadi awal emas terus menguat hingga menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920,3/troy ons pada 6 September 2011.
Kini tidak hanya The Fed yang menerapkan suku bunga sangat rendah dan QE, tetapi bank sentral negara-negara maju lainnya, sehingga peluang emas memecahkan rekor tertinggi terbuka lebar.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular