
Sempat Ambles 1%, Kurs Dolar Australia Balik Naik ke Rp 9.660

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar dolar Australia bergerak liar pada perdagangan Selasa (12/4/2020), sempat merosot nyaris 1% di awal perdagangan, tetapi kini malah berbalik menguat. Pelaku pasar yang mulai waspada akan kemungkinan terjadinya "serangan" pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi penggerak perdagangan mata uang hari ini.
Pada pukul 12:10 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.860,48, dolar Australia menguat 0,27% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya di awal perdagangan Mata Uang Kanguru ini merosot 0,91% di Rp 9.547,07/AU$.
China dan Korea Selatan yang sebelumnya sudah "menang" melawan virus corona kini harus kembali siaga akibat adanya potensi penyebaran gelombang kedua. Dalam dua hari terakhir, data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebutkan kasus baru di China naik 0,02%.
Meski sangat tipis, tetapi itu adalah laju tercepat sejak 29 April. Artinya, ada tanda kasus baru virus corona mulai meningkat lagi. Pemerintah China mengambil langkah tegas dengan menerapkan lockdown di Kota Shulan, Provinsi Jilin. Ini dilakukan agar virus tidak semakin menyebar.
Di Kota Wuhan, ground zero penyebaran virus corona, sudah ada satu kluster penyebaran baru setelah lockdown dicabut sebulan lalu. Ada lima pasien baru yang tinggal di sebuah pemukiman.
Kemudian di Korea Selatan, Korea Centers for Disease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona per 11 Mei adalah 10.909 orang. Naik 0,32% dibandingkan posisi per hari sebelumnya.
Seperti halnya di China, pertumbuhan kasus di Negeri Ginseng memang relatif rendah. Namun kenaikan 0,32% menjadi yang tertinggi sejak 9 April.
Hal ini tentunya membuat pelaku pasar cemas akan kemungkinan "serangan" Covid-19 gelombang kedua ke negara-negara yang sudah melonggarkan karantina wilayah (lockdown) atau social distancing. Australia menjadi salah satu negara yang patut waspada, sebab mulai pekan ini sudah mulai melonggarkan lockdown.
Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morison Jumat (8/5/2020) lalu mengumumkan akan melonggarkan lockdown dalam tiga tahap, dan membuka seluruhnya di bulan Juli.
Tahap pertama pelonggaran lockdown Australia akan mengizinkan restoran dan kafe kembali beroperasi dan diperbolehkan melayani 10 konsumen dalam satu waktu. Jika tidak terjadi penyebaran kasus, maka tahap kedua akan dimulai dengan mengizinkan gym dan bioskop kembali buka dan melayani 10 konsumen dalam satu waktu.
Tahap ketiga pemerintah akan mengizinkan kerumunan hingga 100 orang dan perkantoran kembali beroperasi. Wisatawan domestik juga akan diizinkan berpergian.
Pelonggaran lockdown tersebut bisa berdampak bagus, roda perekonomian kembali berputar dan segera bangkit dari kemerosotan. Tetapi di sisi lain, pelaku pasar juga dibuat cemas akan kemungkinan gelombang kedua Covid-19. Alhasil dolar Australia merosot di awal perdagangan.
Tetapi, sentimen pelaku pasar yang kembali memburuk akibat risiko Covid-19 gelombang kedua tentunya lebih membebani rupiah sebagai mata uang emerging maket, akhirnya dolar Australia berbalik menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah
