Pasokan Tinggi Saat Permintaan Rendah, Harga CPO Turun

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 May 2020 08:39
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) bergerak turun pada perdagangan pekan ini. Tingginya pasokan di tengah permintaan yang lesu membuat harga terkoreksi.

Sepanjang pekan ini, harga CPO di bursa Malaysia turun 3,26%. Harga sempat jatuh tiga hari beruntun sebelum melonjak nyaris 4% pada perdagangan akhir pekan.

 

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan stok CPO Malaysia pada April 2020 mencapai 1,91 juta ton. Jika ini tercapai, maka akan menjadi yang tertinggi sejak Desember 2018.

Kenaikan stok dipicu oleh peningkatan produksi yang pada April 2020 diperkirakan 1,61 juta ton, yang jika terwujud maka menjadi yang tertinggi dalam enam bulan terakhir. Sementara ekspor diramal sebesar 1,22 juta ton, anjlok 25% dibandingkan April 2019.

cpoReuters

Well, jadi wajar saja harga turun. Produksi naik, stok bertambah, sementara jualan justru susah karena rendahnya permintaan akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Namun pada Mei ada harapan harga bisa naik seiring pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) di sejumlah negara konsumen CPO terbesar. India, misalnya, sudah memperbolehkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) beroperasi kembali setelah sebulan lebih menjalani karantina wilayah (lockdown).


Permintaan di Malaysia dan Indonesia juga diperkirakan bisa meningkat, walau relatif terbatas. Ini karena dua negara serumpun itu sedang memasuki periode Ramadan-Idul Fitri yang secara historis merupakan puncak konsumsi rumah tangga. Namun pandemi virus corona yang membuat masyarakat #dirumahaja tidak akan mampu mendongrak permintaan seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Permintaan domestik akan meningkat seiring pelonggaran situasional dan perayaan Idul Fitri. Namun sampai permintaan betul-betul kuat, kami memperkirakan harga masih akan berada di kisaran RM 1.900-2.200/metrik ton," kata Marcello Cultera, Institutional Sales Manager di Phillip Futures yang berbasis di Kuala Lumpur, sebagaimana dikutip dari Reuters.



TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Gara-gara Corona, Harga CPO Flat Saja

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular