Efek Covid-19

Mengerikan! Capital Outflow dari Negara Berkembang Rp 1.448 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 May 2020 18:21
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda hampir seluruh negara dunia memicu investor asing menarik dana dari negara berkembang (emerging market/EM). Tercatat sejak awal tahun dana yang ditarik investor asing dari negara berkembang mencapai US$ 96,5 miliar Rp 1.448 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$).

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro mengatakan nilai tersebut menjadi capital outflow terbesar di negara berkembang selama tiga dekade terakhir. Bahkan jumlah ini jauh meninggalkan capital outflow ketika krisis keuangan Asia pada 2008 silam.

"Tahun 2008 global financial crisis sampai T+90 yang biru ini capital outflow hanya US$ 33 billion di semua emerging market, ga hanya di Indonesia. Covid-18 ini dampak outflow-nya luar biasa besar, US$ 96,5 billion keluar dari pasar keuangan. Ini capital outflow yang paling dalam dihadapi setidaknya dalam tiga dekade terakhir," kata Andry dalam video conference, Jumat (8/5/2020).


Dia menyebutkan, kondisi pasar yang memiliki volatilitas tinggi ini membuat investor cenderung memilih untuk mengamankan asetnya di instrumen safe haven, seperti dolar dan surat utang pemerintah Amerika Serikat.

Selain itu, kondisi saat ini juga diperburuk dengan terjadinya fluktuasi dalam pada harga komoditas, terutama komoditas minyak dunia. Hal ini disebabkan karena memburuknya hubungan Arab Saudi dan Rusia.

"Volatilitas besar. Kita menghadapi black swan event yang terjadi sejak awal tahun. Awal tahun ini tentang Covid-19," kata dia.

Kondisi yang dihadapi seluruh negara di dunia juga terjadi ketika belum membaiknya kondisi ketika terjadi perang tarif antara Amerika Serikat dan China.

"Pada akhir 2019 dan 2020 semuanya berubah. Ekonomi global menghadapi tantangan besar. Dibandingkan krisis sebelumnya ini belum pernah dihadapi. Kecuali bagi yang pernah menghadapi flu Spanyol," jelas dia.



[Gambas:Video CNBC]




(hps/hps) Next Article RI Ditinggalkan, Asing Kabur Rp 142 T Sampai November 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular