Harga CPO di Bawah RM 2.000, Apa Kabar Emiten Sawit RI?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 May 2020 16:36
Kuli Angkut Pekerja Sawit di Tengah Turunnya Nilai Ekspor CPO
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Pada awal-awal wabah Covid-19 merebak nilai tukar rupiah mengalami depresiasi yang dalam di hadapan dolar AS. Adanya aliran dana keluar besar-besaran saat awal-awal masa wabah membuat rupiah yang ketergantungan 'hot money' menjadi sangat loyo di hadapan dolar greenback. Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 16.000/US$ di pasar spot sebelum akhirnya berbalik arah menguat ke level Rp 15.000/US$.



Pelemahan nilai tukar rupiah ini perlu dicermati betul, hal ini bisa jadi hal yang positif untuk emiten sawit dalam negeri mengingat produknya merupakan komoditas berbasis ekspor. Namun di sisi lain pelemahan rupiah juga patut diwaspadai karena bisa berakibat negatif terhadap neraca perseroan akibat selisih kerugian kurs.

Bagi perusahaan-perusahaan yang mengambil langkah untuk lindung nilai (hedging), depresiasi rupiah ini bisa diredam. Namun bagi perusahaan yang tidak memiliki kas yang mencukupi depresiasi rupiah jelas menjadi faktor negatif untuk kinerja keuangan perusahaan atau emiten.

Faktor-faktor ini lah yang membuat lembaga pemeringkat surat utang global yakni Fitch menyematkan outlook negatif untuk industri sawit RI di tengah melemahnya permintaan dan depresiasi rupiah yang bisa memicu pembengkakan beban bunga utang.

Sejak awal tahun, sektor agrikultur Indonesia yang mayoritas didominasi oleh emiten-emiten sawit juga mencatatkan kinerja yang jauh dari kata memuaskan. Hal ini terlihat dari indeks sektoral agrikultur yang terkoreksi lebih dalam dari IHSG (-36,97% vs -26,84%) dan menjadi salah satu indeks sektoral yang paling tertekan di bursa saham domestik.



Melihat hal ini bisa disimpulkan bahwa sepanjang tahun 2020, pasar masih memberikan punishment terhadap sektor agrikultur dalam negeri.

Untuk kuartal kedua tahun ini prospek permintaan masih dibayangi dengan pelemahan, mengingat pandemi belum paripurna dan pencabutan lockdown masih dilakukan dengan penuh kehati-hatian.  



TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular